Saturday, January 17, 2009

Virtual Friends

Jaman sekarang, menjalin persahabatan menjadi lebih mudah. Mengenal orang ataupun menjalin pertemanan dengan orang lain di belahan dunia manapun dapat dilakukan di dunia "Maya". AKu biasa menyebutnya Cyber Friends atau Virtual Friends.

Semua hal selalu memiliki dua sisi, hitam dan putih.
Pertemanan melalui dunia virtual mampu memberi kemudahan akses yang tidak terbatas, baik ruang maupun waktu. Komunikasi dalam pertemanan menjadi lebih mudah dan tentu saja murah.. Dalam pandangan saya, pertemanan ini mampu memberi keterbukaan yang lebih baik. Bahasan yang tabu kalo diperbincangkan dapat menjadi hal biasa dalam dunia maya.

Kekurangannya tentu masih banyak. Salah satunya menurut saya adalah tingkat validitas atau kebenaran. Dalam dunia cyber, orang dapat saja menunjukkan karakter atau sikap yang berbeda dengan sikap kesehariannya.

Tapi temen virtual ini tidak harus dilakukan oleh mereka yang terpisah jarak jauh..
Melainkan dapat pula oleh mereka yang secara kenyataan dekat dan bertemu. Dalam persahabatan jarak memang bukan masalah, akan tetapi "dinding" pemisah dapat menjadi jarak tersendiri, bahkan oleh manusaia yang di dunia nyata berdekatan.

Yah, baik buruknya tentu di tangan kita sendiri. Kalo kita ingin mendapat teman yang baik di dunia ini, kita harus menjadi seroang teman yang baik dulu..

"No Life Without Friends"
Read More »»»

Saturday, January 10, 2009

Me and My Friends

Belum seminggu langganan internet. Lagi hoby banget yang namanya chat atau YMan. Dasar katro, ndeso..

Tapi ini membawa manfaat kok.. Dengan panduan milis angkatan, aku add semua id temen2 satu angkatan jaman kuliah.. Eh, ada yang online.. Langsung aja chat, ada di surabaya ternyata. Temen lama yang dulu hilang kini "Kembali Pulang" (Kangen Band mode on). Cuma bentar, secara kita sama-sama gawe di kantor. Akhirnya janji mau ketemuan bareng temen-temen di Kota Pahlawan..

Sabtu, nganter temen kantor belajar rute sepeda motor Gresik - Surabaya. Ke Delta dan TP, sekalian cari tas punggung. Makan siang, trus keliling cari-cari lagi. Dapat buku travelling Jawa Bali.. Jam 4 an kita mutusin balik ke Gresik. Eng..ing..eng.. di luar hujan. Setelah diskus kita sepakat balik ke dalam lagi, sholat Ashar dan keliling lagi.. sempat tergoda untuk beli celana, maklum celana udah banyak yg gak muat.. He3x..

Dengan segala kekuatan, godaan bisa terlewati. Kita beli minum sambil istirahat dan sholat magrib.. Jam setengah 7 kita putuskan pulang. Saat lewat parkiran mobil, agak BT juga. Ada mobil Kijang Inova ngebel-ngebel terus.. "Nih orang mau sok atau apa" (ups gak boleh suudzon).. Maaf pak.. Pas lagi ngobrol, ada rantai.. Aku pikir apa aku masih mampu meloncati rantai ini.. Gak penting bgt..

Saat itu ada orang lewat, perasaan kok pernah liat. AKu noleh lagi.. dan langsung. "Wuoooi"........ Kutepuk punggung atasnya. "Baru wingi YM an langsung ketemu"... Sayang sudah terlalu malam.. Tanya kabar, domisili dan kerjaan. Kita cek no hp.. Trus CU.. Menuju parkiran masing-masing...

Untuk Teman-Temanku.. Miss U

Persahabatan Seperti Air, Akan Mengalir Menuju Muaranya...
Read More »»»

Thursday, January 08, 2009

Backpacker Spirit

Berpetualang mengelilingi dunia, sebuah mimpi masa kecil yang masih menjadi mimpiku sampai saat ini. Aku bukan bocah petualang, aku hanya manusia biasa yang ingin mengelilingi dunia. Ingin melihat seluruh keindahan dunia dengan segala keanekaragamannya…

Dulu aku menganggap itu hanya mimpi yang tidak akan mampu aku wujudkan. Aku hanya menganggap itu sebuah mimpi.. Just a dream. Tapi aku selalu menunggu adanya keajaiban sehingga semua itu menjadi nyata. I believe it…

Sekarang aku percaya itu bukan hanya mimpi. Itu bisa aku wujudkan. Aku wujudkan semua itu dengan kerja keras, usaha, pengorbanan dan tidak lupa keberuntungan.

Entah, kenapa saat ini semangat petualang ini begitu bergelora. Apakah hanya perasaan sesaat atau mimpi lama yang bangkit kembali. Tapi aku merasa, mata dan hati menjadi terbuka untuk melihat dunia.

Sebelum mengenal dunia. Aku harus mengenal tanah tumpah darahku. Indonesia Raya. Selama ini aku hanya mengenal keanekaragaman dan keindahannya hanya dengan mata dan telinga. Aku inginmenikmati itu semua dengan seluuruh raga dan jiwa ini. Feel with my body & soul.

Sekolah yang paling tinggi adalah sekolah dunia. Universitas maha besar adalah universitas kehidupan
Read More »»»

Monday, January 05, 2009

(No..) Smoking..!!

Dulu aku sangat benci dengan rokok, asap rokok dan orang yang merokok. Aku selalu berpikir, kenapa mereka merokok?? Padahal banyak orang yang merokok untuk makan saja susah.. Padahal, mereka mengetahui dampak buruk dan bahayanya.

Aku sampai sangat merasa muak dengan orang-orang disekilingku yang menganggap rokok sebagai simbol. Simbol gaya, kekuatan, status dan social relationship...

Sekarang aku tahu mengapa mereka merokok. Berbagai alasan, mulai dari penerimaan kelompok, just fun, stress atau sudah addict terhadap rokok.

Aku sudah menjadi seorang ”perokok”, dalam arti merokok atas keinginanku sendiri buakna karena orang lain. Bagiku, saat merokok adalah waktu sisi lain dari diriku yang melepaskan diri. Sisi yang selama ini tersembunyi, bersembunyi atau disembunyikan.

Be positive, Be Urself.. Be U..

But, Respect Others

Gresik, 5 januari 2009 9.52 PM
Read More »»»

Saturday, January 03, 2009

Titik Balik… 2009


Gresik, akhir 2008

Berubah..berubah…berubah…
Hal ini yang ingin kita lakukan setiap hari, setelah melakukan suatu kesalahan atau jenuh dengan semua rutinitas hidup. Sayang, semua hanya menjadi kata dan harapan. Tidak ada perubahan.. Stagnan dan tetap seperti awalnya…

Perubahan yang seharusnya menjadi suatu kebutuhan terasa menjadi beban. Kesenangan saat ini membuat kita terlena untuk selalu berada dalam kenyamanan dan berharap keadaan tetap seperti sekarang, tidak akan berubah. Padahal, secara tidak sadar kita telah terlindas dalam dinamika kehidupan.

Perlu suatu keberanian untuk mencapai titik balik awal dalam perubahan itu sendiri. Sekaranglah saatnya. Ambil kesempatan ini atau tidak akan pernah sama sekali..

SPIRIT OF CHANGE
Read More »»»

Friday, January 02, 2009

Kisah Inspiratif

Kisah ini mungkin sudah banyak di forward dalam milis-milis dan diposting dalam forum-forum online. Kita tidak perlu mencari fakta akan kebenaran ceritanya atau hanya hasil karangan seseorang. Kisah ini layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara ”Mencintai Sesama dengan Memanfaatkan Sedikit Harta-Benda yang Kita Miliki, dan Bukannya Mencintai Harta-Benda yang Bukan Milik Kita, dengan Memanfaatkan Sesama!”

----------------------------------------------------------------------------------------
Bagian Satu

Saya baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami dan anak bungsu saya yang menunggu di taman halaman kampus untuk pergi kerestoran McDonald's di sekitar kampus. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, mendadak setiap orang di sekitar bergerak menyingkir, bahkan orang yang semula dibelakang saya ikut menyingkir. Suatu perasaan panik menguasai diri saya. Saya berbalik dan melihat mengapa mereka semua menyingkir. Saya mencium "bau badan kotor" yang cukup menyengat. Ternyata, tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Saya menunduk. Tanpa sengaja, mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya. Ia "tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam tapi memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' di tempat itu. Ia menyapa "Good day!", sembari tetap tersenyum dan menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya.

Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki itu menderita defisiensi mental, dan lelaki bermata biru adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal kami bertiga dan tiba-tiba saja sudah sampai didepan counter.

Waktu wanita muda di counter menanyakan pesanan kepada saya, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan, "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itu yang mampu dibeli (sudah menjadi aturan restoran disini, jika ingin duduk dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Mendadak saja, saya diserang rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat. Mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu lainnya yang hampir semuanya sedang mengamati mereka. Saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya. Saya tersadar setelah petugas di counter menyapa saya untuk ketiga kalinya, menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya”. Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-anakku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

---------------------------------------------------------------------------
Bagian Dua

Saya kembali ke college pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain ?". Dengan senang hati, saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya, dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswa pun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki dalam membawakan ceritanya, sang dosen membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung. Para siswi yang duduk di deretan belakang, didekat saya diantaranya, datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.
"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."
Read More »»»

DREAMS....

Masih dalam nuansa pergantian tahun, saya mau sharing impian saya. Saya bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan,tapi saya masih bisa mencicipi bangku kuliah walaupun dengan segala masalah financial yang ada. Saya orang yang keras kepala dan tidak bisa mengatur keuangan untuk berhemat. Saya merasa kasihan dengan kedua orang tua saya yang telah berusaha berbagai cara untuk membiayai pendidikan saya. Perasaan bersalah sering menghantui ketika saya sadar telah membebani orang tua saya.

Syukur selalu saya panjatkan kepada Allah SWT. Betapa besar anugerah yang diberikan kepada saya, berupa orang tua yang selalu rela berkorban demi kebahagiaan anaknya. Betapa di luar sana masih banyak anak kecil yang harus berjuang mencari nafkah tanpa kesempatan mempersiapkan bekal masa depan mereka. Bukan berarti orang tua mereka menyia-nyiakan mereka, keadaan lah yang memaksa. (Saya yakin itu..) Saya selalu membayangkan. Mereka adalah tunas muda yang menjadi harapan keluarga, masyarakat dan bangsa. Tapi, tunas-tunas itu akan tumbuh tanpa perawatan dan perlindungan untuk menentang kerasnya alam.

Saya bermimpi, seandainya di dunia ini semua orang berada mamu membagi sedikit hartanya. Tentu tidak ada anak kecil yang memenuhi lampu merah, bus kota maupun jalan-jalan raya. Alangkah indahnya .. Saya juga prihatin melihat orang yang sudah tua tetapi mereka masih bekerja, saya ingin melihat mereka menikmati hidup mereka yang sudah tinggal menunggu hari. Apakah mereka anak yang berjuang untuk hidup mulai usia kecil. Sampai di kahir perjalanan pun mereka terus erjuang keras tanpa pernah ”berhenti sejenak” untuk menikmati hidup.

Saya bercita-cita membangun sekolah gratis untuk anak-anak yang tidak mampu tapi berprestasi. Saya ingin membangun sebuah sekolah gratis, bertaraf international. Impian saya juga ingin membuat sebuah panti jompo yang indah, yang mampu menjadi tempat peristirahatan dari terjalnya kehidupan ini.

Uang hanyalah ilusi, jangan mengagungkan uang, kita mencari uang untuk mencukupi kebutuhan kita dan membantu yang tidak mampu karena uang hanyalah sebuah alat. Uang membuat orang bisa menjadi jahat adapula karena uang orang jadi baik. Jadi, saya memilih untuk menjadi baik. Kita kaya harta tapi juga harus kaya iman, karena suatu hari kita juga akan kembali kepada-NYA.

Saya ingin kaya bukan untuk pribadi. Saya ingin kaya untuk membantu mereka, karena mungkin kita kaya karena pilihan TUHAN untuk membantu mereka. Sebuah harga yang tidak ternilai apabila bisa saling membantu.
Read More »»»