Tuesday, March 29, 2011

LandMark...

Sebuah kewajiban bagi pelancong adalah meyatroni sesuatu yang menjadi icon suatu tempat baru yang dikunjunginya. Kurang afdol juga kalo kita tidak mengabadikan momen tersebut, sebagai bukti, kenangan tak ternilai dan tentu saja sekaligus menyalurkan kenarsisan bakat modeling. Landmark sebuah kota mampu menjadi daya tarik tersendiri akan pengembangan pariwisata, khususnya dalam promosi. Dengan kemampuan wahid seorang fotografer dan kameraman, obyek ini akan menghiasi berbagai tagline brosur dan pariwara audiovisual.

Beruntunglah bagi kawasan yang telah memiliki tata kota dengan sebuah landmark yang ciamik. Kemegahan masa lalu dengan sejarah, legenda dan mitos yang menyelubunginya akan makin menjadi daya tarik dan jual tersendiri. Mesir dengan Piramida Giza yang selalu dijaga oleh pengawal setia sang Pharaoh, Sphinx. Big apple yang mendapatkan Patung Liberty dari pemerintah Perancis sebagai hadiah atas kemerdekaan Paman Sam. Great Wall yang menjadi bukti kebesaran Kasiar Shih Huang Ti sebagai masa lalu Negeri Tirai Bambu. Prasasti yang lain tentunya masih banyak, baik yang terekam maupun tidak. Tak lupa, negeri kita punya peninggalan Dinasti Syailendra dalam rupa candi Budha terbesar di dunia. Setelah tak masuk dalam Keajaiban Dunia Baru, bagaimana kabar Borobudur ya ?

Akan tetapi, beberapa peninggalan sejarah semacam ini banyak yang terkubur alam, baik secara natural maupun seleksi alam. Kompleks kuil di Olympia dengan Parthenon yang masih mampu menujukkan keangkuhannya, bahkan hanya dengan sisa pilarnya. Satu yang membuat saya penasaran adalah peninggalan Raja Nebukadnezar, Taman Bergantung Babylonia. Berbagai ilustrasi dalam buku tetap tidak bisa membuat imaginasi saya mampu membayangkan wujudnya. Sungguh mati aku jadi penasaran.. He3x...

Sayangnya, tidak sedikit pula yang binasa oleh tangan dingin manusia melalui perang dan pertumpahan darah dengan berbagai dasar. Ideologi, kekuasaan, agama maupun hanya keisengan sang Raja yang menganggap perang sebagai permainan... Patung Budha terbesar di Bamiyan menjadi saksi kelabu pertumpahan darah tak berujung di Afghanistan. Coretan darah pula yang menyelimuti Angkor Wat yang kini mulai kembali memancarkan pesonanya kepada para pelancong.. Ah, mungkin masih ada jutaan bukti sejarah yang hancur oleh ulang kita.. Bodohnya.

Sekarang ini, banyak penguasa kota dan negara yang rela mengeluarkan dana puluhan milyar untuk membangun icon - icon baru. Bersaing dalam segala hal, menjadi yang tertinggi, termahal, dan hal - hal yang tak terbayangkan dulunya. Landmark sekarang tidak hanya berupa menara, patung, tetapi dapat pula berupa gedung, jembatan bahkan wahana liburan. Liat saja, Petronas yang sebenarnya sebuah kantor dapat menjadi simbol Kuala Lumpur yang identik dengan meanara kembarnya. Begitu pula Burj Al-Arab, sebuah hotel yang kini menjadi icon kemakmuran Ranah Asia Barat dan tak ayal memancing persaingan pembangunan bangunan-bangunan spektakuler di Timur Tengah..

Landmark di Indonesia ?

Sedikit banyak kita tentu pernah mendengar berbagai proyek ambisius pemerintah, entah itu didasari perkembangan pariwisata atau murni bisnis semata. Garuda Wisnu Kencana yang digadang akan menjadi patung tertinggi dan semakin memantabkan posisi Bali dalam ranah percaturan tourism dunia, sekarang masih belum mampu berdiri tegak. Menara Jakarta yang sudah beberapa pergantian Presiden pun, malah bernasih lebih tragis. Hilang di telan bumi..

Tapi, kita masih harus berempati dengan pemerintah. Setelah sekian lama, Suramadu mampu menaikkan "gengsi" kita dengan menjadi yang terpanjang di Asia Tenggara. Rencana pembangunan Gedung DPR yang baru ? No comment....

Satu yang perlu diingat, membangun lebih mudah daripada merawatnya.. Ha3x.. Terbukti, beberapa bangunan khas ini tampak tidak terawat. Kalaupun di rawat, pengelolaannya tidak tepat. Liat saja, Glodok yang mempunyai bangunan penuh nilai malah dibabat menjadi kawasan bisnis modern. Jembatan Merah yang kondisinya kini hanya seperti sebuah jalan biasa tanpa kenangan sejarah patriotiknya. Bahkan Keraton Jogja juga kurang terpancar kedigdayaan masa silamnya.

Perlu penanganan seperti apakah?? Hadoooowww..., itulah yang harus dipikirkan oleh mereka yang memang di bayar oleh rakyat untuk mengurusnya.. Kita ? Ya menikmatinya, eits..merawat dan mempromosikannya pastilah...


Keputusannya, jangan bilang pernah ke suatu tempat kalo belum pernah ke sesuatu itu. Landmark...
Read More »»»

Monday, March 28, 2011

No Boundaries...

Sedikit merubah gaya penulisan blog, saya mencoba keluar dari kebiasan saya yang selalu menulis segala sesuatu dengan bahasa yang kurang ringan.. Ha3x.. Saya tidak menyukai buku yang terlalu berat dalam penulisannya, tapi membaca beberapa postingan saya sebelumnya merupakan kontradiksi. Pemilihan kata saya seperti seorang yang sok serius, padahal teman saya sekalian pasti mengetahui saya ini orang seperti apa.. Maklum, gaya penulisan saya masih dalam taraf belajar dan berkembang..

Waktunya bersantai dalam menulis, saya akan mengenang sedikit untold story selama perjalanan pendek saya dalam traveling. Jangan protes dengan temanya, saat ini saya sedang tergila-gila dengan yang namanya traveling, backapcking, flashpacking atau apapun istilahnya.


RAME RASANYA !!!

Bagimana rasanya jalan-jalan ?? Pasti kayak permen nano-nano.. Senang, puas, kecewa dan capek tarasa campur aduk.. Satu lagi yang pasti, kantong bokek... Tapi pengalaman yang ada pasti lebih dari semua yang kita korbankan. Ha3x..

Kalo ditanya yang paling membosankan, jawaban pastinya adalah penerbangan delay. Menunggu, mau versi Rhoma maupun Ridho pun pasti terasa membosankan. Mau ke food court eh mahal... Mau ngobrol, iya kalo pergi sama teman. Baca buku dan denger musik sampe sudah eneg..

Rekor terlama keterlambatan sampai dengan sekarang adalah 2 jam. Lebih anehnya justru dipegang oleh maskapai Garuda yang baru saja masuk lantai bursa. Sebagai seorang yang selalu mencari tiket promo, saya sudah siap mental untuk terlambat. Tapi untuk yang satu ini saya tidak bisa tolerir. Bagaimana tidak bete, rencana kami makan malam di kawasan Jimbaran jadi buyar... Brrr..

Kalo urusan menyakitkan adalah ditipu. Saya yang menjunjung tinggi prinsip "kere" ini termasuk waspada kalo urusan beli-beli sesuatu di tempat wisata. Selain lebih mahal, akan banyak tiruan. Tapi kali ini adalah diitipu soal penginapan, di kawasan Senggigi tepatnya. Kamar yang katanya bisa di pake ber 4 dengan rate standart, ternyata dihargai per-kepala. Ah, kebodohan kami yang gak menyelesaikan administrasi dulu sebelum masuk.. Ini gunanya browsing dulu untuk mencari akomodasi.

Kalo menjengkelkan adalah kita sudah nyasar malah disasarin, tepatnya diputer-puterin. Kali ini urusan dengan sopir taxi di Penang. Ternyata sama saja, kalo mereka tau kita ini awam dan baru pertama kali pasti akan dibuat muter-muter. Apa mereka gak mikir yah, kalo suatu saat toh kita akan tahu rute sebenarnya dan kapok untuk naik taxi pembohong sejenis. Jangan ragu ambil peta dan berhenti sejenak untuk mempelajari peta. Kalau mau bertanya, silahkan pada petugas berkompeten atau penduduk lokal.. Jangan tanyakan pada rumput yang bergoyang.

MASIH DEMEN JALAN-JALAN ?

Pastinya... Sekelumit problem diatas hanya batu kerikil. Sakit sedikit tak akan membuat kita mundur kan.. Selain daya tarik suatu destinasi yang merupakan main course perjalanan, banyak aneka ragam dessert yang mempermanis ketika perjalanan berakhir.

Di suatu tempat yang agak terpencil di Banyuwangi (patokan saya adalah tidak adanya sinyal operator seluler sama sekali), dalam kondisi demam yang mendera, saya menemukan kehangatan ketika ibuk warung masih rela membuatkan mie goreng dan teh hangat buat kami yang kelaparan. Padahal saat ini sudah jam tutup.. Rasa pahit karena sakit tak mampu menghalangi nikmatnya mie instan yang serasa spagheti bolognaise.. (bukan spagheti instan buatan saya yang seringkali malah membuat sakit perut..).

Keramahan juga menghampiri saya ketika backpacker ke Negeri Singa. Berdua dengan teman, kami makan malam di Qiji dengan sistem beli satu porsi nasi, satu gelas minuman dan satu porsi gorengan. Satu porsi dengan maksut agar jangan terlalu kenyang dan bisa melanjutkan petualangan kuliner dan berhemat tentunya.. Ha3x... Saya yang sedang giat-giatnya praktek ngomong Inggris mengajak ngobrol seorang ibuk yang telah dengan baik memberikan meja bagi kami. Ujung cerita, sang ibuk memberikan satu botol air minum nya kepada kami.. Pasti kasihan melihat kami yang kucel kelihatan kurang minum... Thx Madam....

Kejadian semacam ini, saya alami lagi ketika Solo Flashpacking ke Derawan. Dengan baik hati, ada keluarga yang menawarkan nyemil sore bareng.. Ha3x.. Alhasil satu porsi PopMie mendarat di perut saya.. Ditambah lagi, kebaikan seorang kawan baru dari Makasar yang rela memotretkan saya sehingga sedikit kenarsisan dapat diabadikan..


Salah satu point dalam Sapta Pesona Wisata adalah RAMAH TAMAH. Penjabaran dari ramah tamah sendiri adalah Sikap masyarakat yang mencerminkan suasana akrab, terbuka dan menerima hingga wisatawan betah atas kunjungannya. Termasuk didalamnya juga adalah tidak mengharapkan sesuatu atas jasa telah yang diberikan.

Semakin kita sering mengunjungi tempat baru, dengan tujuan wisata tentunya, akan semakin kita merasakan indahnya keramahan orang. Keindahan dan pesona suatu destinasi tidak akan mampu membuat kita datang kembali apabila tidak ada keramahan dan kearifan lokal yang membungkusnya. Banyak tempat indah di dunia ini, hanya sedikit yang membuat kita “rela” datang dua kali. Dalam artian, kita benar benar datang kembali karena rindu tempat ini.. Hmmmm..

Alasan utama orang menghindari jalan-jalan adalah karena tidak mau keluar dari wilayah kenyamanan. Tak punya uang ?? Nabunggggg.... Mahal ?? *&%^#$@%^^& (pikir saja sendiri..)
Read More »»»

Friday, March 11, 2011

Penang Story : The Adventure Zone

Hari terakhir di Penang, saya ingin menikmati suasana santai. Setelah semalam tidur merasakan nikmatnya kasur King Coil yang dibanggakan dalam promosi Tune Hotels, saya ingin bangun siang. Rugi juga kalo saya yang membayar 2 hari hanya merasakan tidur sebentar saja (maklum, hari pertama kan prkatis tidak saya pake karena nebeng teman).

Peta Penang

Mendekati jam 10 pagi, saya sempat kecut karena ternyata tidak bisa nambah biaya untuk late check-out. Ah, saya bertekat untuk menjadi real backpacker dengan ransel besar di punggung. wuih, beban 6 kilo lebih akan saya bawa dalam perjalanan seharian. Dewi fortuna masih bersama saya. Hanya dengan 2 RM/ea, kita bisa menitipkan bawaan. Sekali lagi, salut kepada prinsip memberikan pelayanan optimal dengan hanya membayar segala sesuatu yang memang kita manfaatkan. Prinsip saling menguntungkan bagi penjual dan pembeli.. Tak lupa saya sempatkan untuk menikmati 30 menit free access internet dan hanya 1 RM untuk 3 menit refleksi kaki.

BUKIT BENDERA

Susah sekali menemukan posisi lokasi ini dalam peta dan brosur yang saya ambil di bandara, ditambah kondisi perut yang hanya sarapan manisan buah yang saya beli sehari sebelumnya di Chowrasta. Alamak, istilah yang digunakan ternyata berbeda, Penang Hill..

Dari terminal utama Komtar, saya memilih menggunakan Rapid Penang 204 karena sudah waiting time yang lebih singkat di terminal saat itu diantara beberapa rute kesana. So, siapa cepat dia dapat penumpang.. He3x..

Perjalanan 45 menit senilai 2,7 RM kali ini diwarnai sedikit hampir macet di beberapa titik jalan. Hanya antrian belokan saja sebenarnya, masih mampu ditasi oleh polisi Malaysia dengan seragam biru bak safari pejabat dengan bros silvernya.. Jempol karena mereka mengatur dengan senyum tetapi tetap tegas...

Jalan di Penang rata - rata memang kecil, dengan pohon besar yang berjejer di tepi jalan. Untuk rute Komtar - Bukit Bendera saya merasa jalurnya cukup berbelok-belok, agak lama tapi cukup efektif untuk memaksimalkan penumpang..

Di pemberhentian terakhir, Stesen Bukit Bendera, hanya ada 3 orang yang berniat ke Penang Trem, saya dan 2 wanita muda pengelana dari pimpinan negeri persemakmuran. Eng..ing..eng.. Dari mandor pekerja, kami mengetahui bahwa sedang ada perbaikan yang dimulai hampir 1 bulan lalu dan tak tahu kapan akan selesai. Kemungkinan ada perbaikan menyeluruh pada rel dan fasilitas pendukung, terlihat ada satu struktur bangunan baru di luar area trem.

Kecewa karena nekat. Saya sebenarnya sudah di beri info oleh teman bahwa sedang ada maintenance, sang driver rapid juga mengatakan hal serupa. Saya mengira masih bisa menikmati Bukit Bendera tanpa trem, ternyata oh ternyata..

Sedikit terobati, saya bersama dua England Traveler berjalan menuju Kek Lok Sie temple. Dari kejauhan terlihat aktivitas proyek pembangunan patung baru yang cukup besar dengan posisi strategis sehingga menjadi daya tarik dari kejauhan. Menuju temple ini harus dipersiapkan fisik prima, karena tangga nya cukup terjal dengan di kiri-kananya dijadikan pusat kerajinan. Pegel...

Secara umum, inilah temple terbaik dan paling layak dikunjungi di antara berbagai kuil di Penang. Kedepannya, patung baru akan semakin membuat daerah ini menjadi destinasi utama turis, baik untuk berdoa ataupun hanya sight seeing seperti saya. Pencinta fotografi juga wajib kesini, karena posisi kuil ini akan mampu memberikan ruang cukup luas untuk berkreasi.

BATU FERINGGI

Perlu perjuangan panjang untuk sampai ke pantai ini dari Bukit Bendera, semua diakibatkan karena rute Rapid Penang yang rumit dan susah di pahami. He3x.. Seperti di awal, perjalanan harus di awali dari Stesen Komtar Utama. Dengan 2,7 RM, bus 101 membutuhkan waktu 1 jam untuk mencapai Batu Feringgi. Karena bus wisata yang kutunggu tiada yang datang, saya memutuskan untuk mencari sarapan murah di mini market. Pilihan terpaksa, saya makan mie instan kemasan gelas karena sempat kecele dengan McD yang hanya menyediakan minuman.

Kawasan Batu Feringgi terbentang panjang, yang ditandai dengan deretan hotel berbintang di sepanjang jalan. Saya yang kebingungan menemukan pantai rakyat bebas, memutuskan untuk mampir ke kedai KFC untuk late 2nd breakfast atau early lunch, alhasil 11,2 RM melayang untuk sepaket menu.

Semua penumpang bus yang ingin ke kawasan pantai, diturunkan di dekat SPBU Petronas. Setelah 200 meter berjalan menyusuri berbagai kedai dan pangkalan taxi di depan deretan hotel, saya menemukan belokan menuju pantai yang terlihat bebas dari jamahan larangan, tentunya larangan bagi saya yang bukan tamu berbintang.. :p

Pasir di pantai ini cukup bersih, dengan beberapa bule yang menikmati sinar matahari. Aktivitas lainnya adalah watersport, tapi entah mengapa sore itu sepi sekali.. Mungkin kebanyakan kapasitas adalah di kawasan private beach.. Ah, di Derawan, Lombok & Bali saya bisa lebih menikmati suasana pantai yang bebas. Kawasan ini mungkin tidak ramah bagi saya, tapi tentu tidak begitu bagi mereka yang ramai sekali datang disana untuk memilih puluhan resort mewah yang terjajar di tepi jalan.

Dengan pertimbangan keberangkatan pesawat dan jarak kembali ke hotel dan langsung ke bandara, saya tak sampai 1 jam menikmati pantai ini. Dalam perjalanan kembali, saya sempatkan memotret deretan pemandangan unik. Entah kapan lagi saya akan kesana, tapi saya ingin kembali lagi kesana.

Saya masih punya hutang untuk ngopi di Starbuck samping hotel, mencoba white coffee dan menyeberangi Penang Bridge.. Alasan tepat untuk merencanakan agenda untuk kembali ke sana..

------------------------------------------------------------------------------------

Persiapan traveling adalah hal yang paling mengasyikkan, dan sebaliknya kembali pulang adalah sesuatu yang paling menyakitkan. Meski harus diakui, saya kangen rumah dinas dengan genteng bocornya, suasana kerja dan kehidupan sehari-hari saya. Tapi berat hati ini meninggalkan keseruan aktivitas eksplorasi tempat baru. Mulai dari menemukan letak, mencari transportasi, bertanya karena linglung arah, menyadari kalau tersesat dan kelegaan setelah menemukannya.

Salam Jalan...

The End of Penang Story

Ucapan terima kasih untuk teman baru saya yang rela menunggu dan kegerimisan saat mengantar saya... Saya tunggu cerita Phuket-nya yang lengkap.. Thanks untuk tante Bintang yang ngasih kabar perkembangan kota Berhias Iman.. Terima kasih besar untuk teman-teman yang sabar karena saya tidak bisa membawakan oleh-oleh.. Ha3x... Sayang saya untuk yang sempat ngambek karena saya ijin mendadak dan kenakalan saya dalam perjalanan ini.. :p Maaf saya untuk simbok yang tak sadar terkena tarif roaming karena si bandel ini tidak ijin..
Read More »»»

Wednesday, March 09, 2011

Penang Story : The Heritage Sites

Perjalanan saya di pulau ini terhitung sangat singkat, tepatnya pada 3 - 5 Maret 2011. Meski singkat, eksplorasi yang saya lakukan terbilang cukup komplit. Sebagian besar obyek dan tempat wisata menarik telah saya sambangi, meski hanya sempat mengabadikan foto, istirahat sejenak sambil membaca peta dan kemudian cabut. Beberapa obyek bahkan hanya saya saksikan dari dalam bus karena banyaknya obyek yang termuat dalam brosur wisata. Bakalan repot kalo saya menuruti untuk mendetailkannya satu-satu, toh beberapa hanya berupa bangunan tempat ibadah yang tidak mungkin sembarangan bisa kita jajaki.


Secara garis besar berdasar wilayah, eksplorasi yang saya lakukan terdiri dari 3 kawasan: Georgetown, Penang Hill (Bukit Bendera) dan Batu Feringgi. Ketiga daerah ini memiliki ciri khas dan daya tarik yang berbeda.

GEORGETOWN

Kawasan kota ini telah ditetapkan sebagai Unesco's World Heritage Sites pada tahun 2008. Dalam brosur disebutkan pulau bahwa Georgetown meraih penghargaan The Most Excelent Unesco Project pada 2000 lalu.

Memang sangat layak kawasan ini menerima predikat tersebut. Di setiap sisi dan sudut berbagai area, nuansa terlihat dipenuhi oleh banguan berarsitektur lama dengan dominasi Eropa. Bangunan-bangunan yang relative baru juga di desain sedemikian rupa sehingga turut memberikan wajah “kuno” pada tata kota.

Tempat peribadatan juga menambah suasana budaya yang kental dimana temple hindu, temple budha, gereja dan masjid mampu membaur dan memberikan daya tarik tambahan. Keharmonisan semacam ini perlu kita apresiasikan dan patut di teladani. Meskipun tidak tahu bagaimana dalam kehidupan nyata kesehariannya, sinergi dalam pengelolaan wisata menunjukkan bahwa toleransi itu ada dan tumbuh dengan baik. Saya membayangkan, sisi sejarah di Tunjungan dan sekitarnya di percantik tanpa make up modern yang jamak dimana-mana. Ampel, Kenjeran, Kya-Kya dan Kawasan Kristus Raja di munculkan secara sinergis sehingga mampu memberikan jati diri pada kawasan kota.. Sparkling Surabaya..

Masyarakat Georgetown sendiri mayoritas terdiri dari etnis Chinesse, Melayu & Hindi. Kehidupan keseharian di kawasan ini memang terasa lebih menonjol dengan kegiatan pariwisata dan pendukungnya, tentunya di luar kehidupan birokrasi dan kantoran. Setiap sudut jalan telah disulap menjadi kedai makan, toko kebutuhan sehari-hari sepeti konter hape, warnet, dan aneka jenis. Tak lupa, di deretan ruko itu terselip hostel atau budget hotel yang memberikan pilihan akomodasi ramah kantong.

Komtar sendiri adalah gedung tertinggi di seluruh Penang yang digunakan sebagai pusat bisnis dan perkantoran. Satu kompleks dengan gedung ini adalah Prangin Mall, Komtar Walk dan Terminal Bus Central Komtar. Penting bagi backpacker baru yang mau menjelajah Penang untuk mempertimbankgan waktu dan jarak ke Komtar untuk estimasi waktu menuju tujuan lain. Maklum, semua bus pasti melalui terminal ini, jadi akan sangat tepat bagi orang yang tidak hapal rute Rapid Penang untuk rela start dari sini.

Saya mengelilingi Georgetown dalam 2 kesempatan, malam hari langsung setelah check in hotel dan seharian keesokan harinya. Malam hari saya mengelilingi kawasan sekitar hotel di seputaran Jalan Burmah dan Penang.

Kehidupan malam di kawasan ini relatif sunyi, hanya dipenuhi oleh kedai makanan dan orang nongkrong. Beberapa wanita asli dan jadi-jadian juga nampak digandeng oleh pasangannya.. Ha3x.. Secara umum, kehidupan malam di kawasan ini adalah sepi… Meski di sediakan juga tempat karaoke dan hiburan malam lainnya, para dugem mania ini cukup sopan dan tidak terlihat mata.. Ato saya yang tidak melihatnya.. ha3x..

Keesokan harinya, setelah teman berangkat ke bandara untuk malanjutkan perjalanan, saya memulai observas. Saya start dari Jetty, di awali dengan mencoba ferry gratis ke Buterworth yang berada di kawasan Malaysia daratan. Fery penyeberangan ini free of charge, tetapi bayar 1,2 RM saat menyeberang balik.. Saya yang diskusi dengan orang local akhirnya memutuskan untuk langsung kembali menyeberang balik. Saat ini, saya baru mengetahui bahwa Buterworth adalah salah satu area yang dilalui kereta api lintas Negara dari Singapore – Kuala Lumpur sampai dengan Hualampong (Bangkok). Suatu tantangan bagi saya untuk mencobanya.

Setelah sampai kembali ke Jetty, saya berjalan kaki mengelilingi Georgetown. Mulai berjalan kekanan dari Tanjung City Marina, Church Street Pier, Bangunan Dewan Perniagaan sampai dengan Queen Victoria Memorial Clock Tower di Pesara King Edward. Di jalan ini saya juga melihat sebuah kapal pesiar besar bersandar. Seperti tertulis pada badannya, kapal ini melayani pelayaran ke Langkawi. Ah, saya jadi teringat impian saya untuk menaiki kapal pesiar sekelas Titanic. Obsesi tak tahu diri...

Dari sini saya memutuskan untuk mampir ke kawasan tepi pantai yang diberi nama Esplanade, dengan menyebrangi alun-alun yang berdekatan dengan Padang Kota Lama. Di sisi alun-alun terdapat berbagai kantor pemerintahan kota seperti Dewan Undangan Negeri, Town Hall, Pusat Bayaran Setempat, City Hall, Bank Negara dan masih banyak lagi. Saya hanya tersenyum dan menebak nebak kantor apakah itu, tentu karena perbedaan kosakata kita dengan mereka. Termasuk saya masih bingung dengan sebuah papan pengumuman bertuliskan kata BANCI yang besar.. Apakah kiranya maknanya ??

Belok kiri saya memasuki Jalan Kapitan Keling. Kenapa belok kiri ? Karena Belok Kanan : Barcelona.. Ha3x..skip saja.. Jalan ini memiliki cabang jalan lain yang banyak banget. Saya memutuskan untuk fokus lurus ke depan dan menemukan St. George’s Church, Lim Kongsi Clan Temple, Sri Mahamariamman Temple dan Masjid Kapitan Keling.

Setelah istirahat sebentar dan suprising discusion dengan Mr.Switzerland, saya melanjutkan perjalanan balik ke Komtar. Melalui jalan yang sepi dan panas, saya mendapati George Town World Heritage Inc yang merupakan pihak yang berwenang & bertanggungjawab dalam pemeliharan, pembinaan dan pengembangan seluruh kawasan budaya ini.

Saya merasa, para anggota dewan kita yang terhormat dan anggota lembaga kementrian yang mengurusi budaya dan pariwisata sangat pantas dan harus untuk study banding kesini. Tak perlulah ke Eropa dan tak harus malu.. Bealajar bagaimana mengembangkan pariwisata dengan prinsip melestarikan budaya. Jangan lupa, based on community sehingga masyarakat menjadi bagian dan merasakan manfaatnya pula.

GURNEY DRIVE

Sore harinya saya memutuskan untuk jalan-jalan dan mencari makan malam di kawasan Gurney. Tepat saat saya menunggu bus, si CAT (Central Area Transit) Free Bus lewat. Segera saja jiwa gratisan ini tidak terima jika tidak merasakan fasilitas yang tidak bayar begini. Ternyata di dalam banyak juga penumpangnya, para bule backpacker dan warga local. Rute yang dilalui bus ini juga seperti ular, saya bisa puas menikmati aktivitas sore hari dengan suasana sejuk nan mengantuk.

Sampe di Jetty, saya berencana langsung mencari bus ke Gurney. Setelah baca peta, ternyata semua bus kesana (T10, 101, 103 & 104) akan melewati Komtar.

Dengan pertimbangan bus masih kosong dan tiket yang akan lebih murah, saya kembali masuk ke bus gratis lain yang kembali ke Komtar. Ha3x.. Makin nikmat, karena rute baliknya agak berbeda, denga melewati area Little India di Lebuh Chulia yang belum saya singgahi. Gratisan membawa nikmat..

Begitu bus 101 masuk, segera saya memilihnya. Sedikit kesalahan yang memaksa saya harus olahraga jalan cepat menuju Gurney Plaza karena rute bus ini tidak tepat melaluinya (ada untungnya saya tanya ke driver). Plaza ini tak lebih bagus dari Galaxy Mall, namun tenant yang disediakan sekelas TP3, branded area. So, saya hanya melaluinya untuk menerobos menuju Gurney Drive Market. Tempat makan yang ramai di tepi pantai dengan hidangan halan dan non halal, dimana saya menemukan Pasembur.

Di dekat pasar makanan ini, saya menemukan halte bus. Tapi karena bosan menunggu dan sepi diantara antrian taxi, saya memutuskan untuk jalan kembali di tempat saya tadi turun sambil membakar lemak.

TUKONG ULAR

Sedikit tambahan cerita. Pagi hari itu, saya mendapat sedikit bonus tebengan taxi teman saya yang menuju bandara. Setelah memaksa sopir taxi yang mencoba membodohi kami lagi, saya nekat minta diturunkan dalam perjalanan menuju bandara. Ho3x... Ngapain coba ikut ke bandara dulu dan balik lagi, kalo tempat tujuan saya hanya perlu menyeberang jalan.. Buang waktu dan pastinya buang duit...

Masih sepi ketika saya sampai di kuil ini. Sempat bingung saya dengan maksut penamaan tempat ini.. Ha3x.. Ternyata hanya kuil biasa yang memiliki koleksi beberapa jenis ular yang bisa di ajak berfoto bersama, dengan membayar Ringgit tentunya.. Haduh... Segera saja saya jepret - jepret sendiri sang ular yang lagi di sewa pasangan bule, meski sang pawang berusaha menghalangi saya yang memfoto gratisan ini.. So what... :p

To be continued...... Penang Hill & Batu Feringgi
Read More »»»

Tuesday, March 08, 2011

Penang : Enjoyable City (NonStory)

Menyimpang dengan travel plan 2011 saya, destinasi pertama berubah dari Kepulauan & Taman Nasional KarimunJawa yang indah ke Pulau Penang. Berbagai alasan menjadi latar belakang, mulai cuaca yang tidak mendukung, tidak ada travel partner dan godaan tiket murah nan menggiurkan. Plus satu tambahan terakhir, nekat. Bagaimana tidak nekat, saya tidak tahu letak persis daerah ini di sebelah mana, ada apa di sana dan apa menariknya. Bahkan saya baru tahu ketika sudah dekat perjalanan bahwa kawasan ini adalah sebuh pulau kecil terpisah dari daratan utama negeri Jiran (termasuk pernah kena dampak tsunami Aceh pada 2004 lalu). Tapi, tak mungkin Dato' Fernandez membuka rute ini jika tidak didasari market demand, feasibility study dan risk mitigation sebelumnya.. :p


Jadwal penerbangan yang hanya 4 kali seminggu membuat saya harus rela mengurangi jatah cuti saya sebanyak 2 hari guna menyesuaikan keberangkatan di Kamis sore jam 14.50. Ketidaktahuan saya akan kawasan ini membuat saya merasa "nothing to loose", dalam artian tidak terlalu berminat untuk browsing dan mencari tahu segala sesuatu untuk menyusun itenary. Saya merasa cukup berbekal salah satu artikel di blog dan buku panduan wisata murah 3 negara saya. Beruntung salah satu teman saya yang baru pulang dari KL bersedia meminjami buku panduan yang diambil gratis selama disana (kenapa di Indonesia gak terlalu tersedia peta dan buku semacam ini yah, selain brosur paket wisata dan promosi yang tidak representatif menurut saya).

Solo Traveling

Ini adalah pertama kalinya saya melakukan traveling seorang diri dalam arti sebenarnya (90% lah.. he3x..). Pernah juga ke Derawan seorang diri, tapi selama disana saya mengikuti travel tour. Belum 100% karena saya masih bertemu seorang teman yang kebetulan berangkat ke Penang juga, meski hanya untuk transit dan melanjutkan perjalanan ke hongkong keesokan harinya. Kebetulan tak terduga.. Ha3x..

Meski kelabakan saat berangkat, mulai dari belum tuker Ringgit, kurang tidur dan belum packing, semua kehebohan masih bisa di mitigasi. Sempat, dada saya terasa sesak ketika di Taxi menemukan barang penting saya tertinggal. Terpaksa saya meminjam headset BB teman di Surabaya karena ketinggalan di atas kasur. Ah, traveling tanpa ipod bisa membawa masalah. Pelajaran bagi saya yang punya panic attack untuk lebih prepare segala sesuatu sebelum keberangkatan, minimal sehari sebelumnya sudah rapi dalam tas backpack.

Great Flight


Perlu dicatat bahwa saya mendapatkan tiket Air Asia Sby - Png pp seharga 420 rb sudah termasuk convenience fee karena pembayaran dengan kartu kredit. Nilai ini hanya sedikit lebih mahal dari biaya taxi Gresik - bandara pp sebesar 300 rb. Seandainya arrival time di Juanda di Sabtu tidak pukul 21.50, saya pasti sudah melesat dengan Vario kesayangan..

Kenyataan diawal bahwa pesawat lain menuju KL yang tertunda karena alasan kerusakan landasan (dari jam 12 sampe dengan jam 14 belum juga ada kepastian) membuat saya pasrah saja untuk bersiap menanti, resiko low cost carrier. Tak dinyana, rute Penang tetap on schedule, awesome. Rute baru ini (mungkin baru 3 bulan) ternyata cukup ramai. 95 % kursi terisi dengan mayoritas adalah WNI dengan beberapa rombongan TKI. Alhamdulillah, pengalaman buruk saya dengan penumpang "nakal" saat penerbangan dari Tarakan, 2010 lalu, tidak terulang. Everyone have great safety awareness. I like it..

Penerbangan 3 jam ke Penang merupakan rekor perjalanan udara terlama bagi saya sampai dengan saat ini. Lelah dan ngantuk badan tidak mampu mengalahkan rasa excited saya sehingga mata ini tidak mampu terpejam. Infligt magazine, katalog belanja, komik jepang dan buku panduan sudah saya habiskan semua. Cemilan ringan dan permen sudah masuk ke perut saya juga. Cuaca yang berubah-ubah membuat beberapa kali lampu tanda safety belt dinyalakan, alhasil saya takut menyalakan ipod. Finally, I've arrived there on 19,30 Penang Time (1 hour faster than WIB).

Hotel Bintang Dua Rasa Bintang Lima

Satu sumber biaya yang besar dalam travel budget adalah penginapan. Termakan iklan di situs Air Asia, saya melakukan booking Tune Hotels sehari setelah membeli tiket pesawat. Sebutan hotel antara sesuai atau tidak tergantung pilihan kita. Semua kamar berkamar-mandi dalam dengan fasilitas kipas angin, AC dan hair dryer. Dua fasilitas terakhir pemakaiannya tergantung pilihan kita, ada uang ada fasilitas. Ha3x... Ini kebodohan lain saya, waktu booking saya lupa tidak mengambil comfort package (12 jam AC, handuk & toiletries). Alhasil, hari pertama saya terpaksa mandi tanpa sabun dan handuk. Dengan apa saya mengeringkan badan ? itu rahasia lain saya.. Ha3x..

Beruntung sekali, di hari pertama saya benar - benar merasakan fasilitas hotel yang sebenarnya, full AC, TV, bathtub, handuk, serta koran dan sarapan pagi. Menu yang disediakan juga melimpah dengan pilihan breakfast ala Malaysia, Jepang, Chinesse dan Barat.. Kenyanng... Hal ini saya peroleh karena nebeng teman saya yang menginap di Cititell, hotel bintang 4 di Jl. Penang. Di kedua jalan ini, penginapan dan tempat makan tersedia melimpah.

Tune Hotels memiliki letak strategis di Jl. Burmah, Georgetown. Di lantai satu ada kedai 7Eleven yang menjadi sumber air minum andalan. Tepat di samping kanan nya ada pusat makanan New World Centre, yang menarik godaan dengan Starbuck dan Old White Coffee-nya. Sayang sekali saya mmapir kesana saat tutup sehinga belum kesampaian kesana. Di dekat hotel ada 3 halte pemberhentian bus yang memudahkan kita memilih rute, termasuk jalur bus gratis yang hanya 5 menit jalan kaki. Untuk ke terminal pusat di Komtar (Komplek Tun Abdul Razak) juga cukup 15 menit jalan ngebut. Sementara ke pasar lokal, Chowrasta Market cukup dengan 15 menit jalan santai.

Rapid Penang Bikin Pening

Di awal keberangkatan, saya berpikir bahwa transportasi di Penang akan semudah ketika saya di Singapore atau segampang cerita para blogger ketika traveling di KL. Sampai di Penang International Airport, saya mulai merasakan perbedaannya. Dengan langkah gagah, saya melintasi area bagasi & imigrasi dan keluar arrival terminal menuju parkiran. Sampai parkiran saya mulai bingung, kok taxi semua, mana bis atau MRT nya.. Jiwa backpacker langsung keluar, saya menolak teman saya yang sudah antri taxi dan mengajak naik bus saja.. Hanya 2.7 RM/org sampai dengan nyasar di Prangin Mall, Komtar. Karena sudah malam dan melihat besarnya koper teman, saya pasrah untuk ditipu sopir taxi yang bermental sama dengan sopir taxi gadungan di sini. 15 RM melayang untuk jarak hanya sepelembaran batu saja, tentunya yang melempar adalah pemegang rekor dunia di cabang lempar cakram. Ha3x...

Besoknya baru saya tahu, transportasi utama di pulau ini adalah Rapid Penang, dengan sistem pembayaran tunai dan uang pas, jadi siapkan banyak pecahan receh sehingga tidak perlu membayar pembulatan seperti saya. Membayar saat akan naik langsung dimasukkan ke dalam kotak di dekat sopir yang akan menggantinya dengan karcis. Para pengemudi bus ini sangat helpfull, jadi jangan sungkan atau takut untuk bertanya. Turis gitu loh, wajar kalo gak tahu. Ha3x..

Sebenarnya, di panduan saya membaca disediakan trensportasi gratis, CAT-Bus. Tapi setelah lama menungu tidak kunjung tiba, saya memutuskan naik yang bayar saja.. Kocak, ternyata free bus ini hanya melayani rute Komtar - Jetty dan sebaliknya dengan isi dan bentuk sama persis dengan Rapid Penang..

Makan & Makanan

Segera setalah datang dan check-in hotel, saya janjian dengan teman untuk mencari makan malam ala Penang. Pertama yang ada di rekomendasi adalah Nasi Kandar. Makanan ini banyak di temukan di sekitar hotel dan di jamin 100% halalan thoyibah. Bentuk menu ini adalah nasi putih atau nasi briyani dengan lauk pauk dan sayur yang bisa kita pilih dan kemudian disiram aneka saus bumbu. Wujud akhirnya hampir sama dengan Nasi Padang, namun dengan ukuran yang bikin saya hanya habis separoh (bisa dibayangkan betapa banyaknya, bahkan saya yang berperut karet saja haru menyerah). Untuk menu ini dan minuman jus anggur dengan rasa mirip marimas, saya mengeluarkan 11 RM..

Makanan kedua yang membuat saya sampai rela keluyuran menuju Gurney Market adalah Pasembur. Panjang juga mencapai rute ini, karena saya yang akhirnya menemukan free bus memutuskan untuk mencoba gratisan ini dulu dengan rute memutar dari dan kembali ke Komtar.

Hidangan ini berupa gorengan yang kita pilih sendiri, kemudaian akan disiram saus bumbu dan taburan ketimun yang diiiris tipis panjang seperti korek api. Sepintas mirip dengan batagor, tapi gorengan yang tersedia amat beragam. Udang tepung, tepung + sayur, telur ayam, ikan, tahu, etc. Untuk udang, tahu dan sayur saya mengelurkan 7 RM.

Terakhir yang tak kalah penting adalah cemilannya. Di berbagai sudut kota, kudapan yang paling tersedia adalah tukang buah, sehat benar. Tukang buah disini menggunakan pick up terbuka dengan bagian belakang di sulap bertingkat untuk menata buah yang diatasnya di pasang tenda. Buah tropis yang ada hampir sama dengan di Indonesia, tapi dengan kebersihan dan kesegaran yang jauh lebih baik.. Soal harga, berkisar 1 RM untuk satu sate buah yang akan dimasukkan plastik dan ditambah bubuk asin yang makin menambah cita rasa..

Di Chowrasta, buah-buahan disulap menjadi aneka manisan yang menarik. Wah, kreatif juga mereka menyesuaikan kombinasi sehingga bisa dinikmati semua lidah. Cemilan lain adalah Tau Siah Pyar, kue kering yang originalnya berisi kacang hijau. Seiring perkembangan, aneka jenis rasa telah di hasilkan, mocca, buah naga, coklat, keju dan banyak lagi mungkin. Bentuk dan rasa mungkin mirip bakpia pathuk asli Yogyakarta..

And The Story Goes on The Next Chapter...

Read More »»»

Wednesday, March 02, 2011

My Social Network

Sedikit terinspirasi oleh film dan bukunya, yang keduanya membutuhkan konsentrasi total untuk menikmatinya, saya merasa tergerak untuk memberikan perspektif saya mengenainya. Tak bisa disanggah, kehidupan kita semua pasti diberi aneka rasa oleh Social Network. "Kita" disini maksutnya kita semua (karena yang membaca blog ini pasti pakai internet, dan 99,9 % pasti bersocial network, blog kan salah satu-nya.. :)
-------------------------------------------------------------------------------------------

Sebelum si jenius Zuckerberg membidani Facebook, pertama kali saya berkenalan dengan Yahoo melalui siwa_gemini@yahoo.com yang saya buat selesai upacara 17 Agustus 2001 di Chit_Chat Net Cafe dengan biaya Rp.5,000 yang ditanggung 3 org.. Patungan anak SMA ceritanya. Saat pertama itu saya juga "diajari" bagaimana mencari keindahan seorang wanita dalam dunia maya. Masih ingat bagaimana saat itu kami senang sekali melihat tante Spears dalam gayanya yang sensual.. Ha3x..

Itu adalah momen pertama dan terakhir surfing dunia maya saat SMA, sampai dengan pertemuan berikutnya di ITS. Karena email lama sudah hangus akibat expired, saya membuat account kedua saya siwa_tekkim@plasa.com. Maksut pembuatannya adalah untuk menjaga silaturahmi dengan sahabat SMA saya yang mulai menjadi "orang maya". Masih ingat saya buat account ini pada 2 November 2002, tepat sebelum pemberangkatan camp ke Coban Talun. Sebelumnya, dari kampus saya mendapat kotak surat di siwa_chemeng@its.ac.id (lupa persisnya karena jarang saya gunakan) mulai 12 September 2002.

Oktober 2005 saya mengenal Friendster. Saat itu, situs ini membuat kami, para mahasiswa, menjadi "rajin" ber-warnet ria, tentunya dengan berpatungan, satu komputer berdua atao bertiga. Ha3x.. Bahkan kami "rela" membobol IP dosen untuk berFs ria malam hari. Hal ini didasari pengalaman IP conflict di siang hari yang membuat lab teman saya di block akses IT nya sampai ada kambing hitam-nya.. :p

Nov 2005 saya mengenal blogger dengan dilundurkannya Siwa Ungu alias http://sigitwahono.blogspot.com ini. Kisah lucu di balik pemberian atribut "ungu" ini.. Ah, kisah sedih di hari minggu intinya.. :p Meski hot n cold, blog ini masih bertahan sampai sekarang, semacam kaleidoskop bagi saya. Meski beberapa tulisan adalah copy paste dari berbagai sumber, jangan khawatir, saya tetap memberi nuansa lain, tentunya versi saya.

25 Februari 2006 saya baru kembali ke Yahoo. Saat itu lebih karena tuntutan join ke mailing list yahoogroups angkatan. Maklum, plasa memiliki kapasitas gratis terbatas dan cenderung berpenampilan nerd.. Tapi keterpaksaan yang membawa berkah. Yahoogoups memiliki banyak komunitas yang bermanfaat sesuai kebutuhan. Beberapa milis yang pernah dan masih saya ikuti : IPApapat, Kapapatloro, Altekmits, IKA-ITS, IKA tekkim Banten, Indoheadhunters, Guyon Yuks, Saint Seiya, Cement Indonesia, Indobackpacker, Flashpacker Indonesia, esge2008, SG2008 dan beberapa saya lupa..

Facebook account saya mulai berdiri Januari 2009, sekitar tanggal 9-11, tepatnya saya lupa. Awalnya saya acuhkan undangan teman untuk membuat account disini, tentu karena saya mengganggap sudah ada fs.. Dalam perkembangannya, jejaring inilah yang sangat berpengaruh dalam perjalanan saya ke depan sampai saat ini (alay banget ini...). Ruang ini pada awalnya hanya sebagai ajang rumpi dan narsis teman-teman dekat. Penemuan teman teman lama yang berlanjut dengan reuni dan obrolan nostalgia masa lalu. Menemukan teman teman baru yang memberi inspirasi dan sharing berbagai hal.. Dari facebook, saya menemukan semangat dan persepektif berbeda tentang nilai sebuah traveling (panjang ceritanya.. he3x..). Diawali oleh account ini pulalah, saya dekat, jatuh cinta dan menemukan orang yang mengerti saya sepenuhnya.. Tapi gara-gara nakal disini, saya pernah kena warning keras.. Skip for this story.. :p

Ketika mulai merasakan kejenuhan dengan FB (jenuh bukan brarti tak sayang), saya berselingkuh dengan miniblogging 160 kata, Twiter. 23 Februari 2010 tepatnya, saya ingat betul karena ada teman yang "protes" saya buat account pas ultahnya.. Mana saya tahuuuu.. ho3x.. Awalnya saya pasif berkicau, ketika ganti gadget dan menyediakan kemudahan dan tampilan ekstra untuk jejaring ini, saya mulai aktif..

Account terakhir yang saya buat adalah Gmail, kali ini dengan alasan safety dan privasi. Setelah sekian lama hanya menggunakan fasilias search engine-nya, Nov 2010 saya membuat account disini. Setelah beberapa kali account yahoo dan facebook saya direbut dan di kuasi oleh orang iseng. Ternyata, kehilangan salah satu account dalam dunia maya membuat kita kelimpungan..

Di luar account utama tersebut, saya juga punya beberapa ID untuk di forum-forum diskusi (detik forum sejak Oktober 2008 dan KasKus sejak Januari 2011) meski hanya kebanyakan pasif. Identitas lain adalah member di sebagian besar maskapai dalam negeri dan satu luar negeri (sudah bisa di tebak apa yang satu ini). Tak lupa blog lain juga dalam Kompasiana, dimulai pada Juli 2010 dan tidak aktif lagi setelahnya.. He3x.. Tentu masih banyak lagi yang lain, tepatnya saya lupa, sebagian adalah photobucket, astaga, KSI (komunitas sekolah indonesia), jobsDB, internet banking, email kantor mulai sg1, sg2 dan sg saja dan banyak lainnya... :p

Banyak alasan kita mengambil bagian dalam berbagai social network. Mulai dari yang sederhana semisal reuni, silaturahmi dan komunikasi, sedikit komplek untuk bisnis, cari pasangan dan relasi, sampai dengan yang serius seperti mengaktualisasikan diri dan mengganggu privasi orang.. ha3x..

"So, Follow me on my social network..."

Read More »»»