Saat pelajaran IPS SD dulu, saya ingat bahwa Indonesia memiliki 17 ribu lebih pulau yang terhampar dari Sabang sampai Merauke serta dari Miangas hingga Pulau Rote.Tapi hasil survei dan verifikasi terakhir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diketahui bahwa Indonesia hanya memiliki sekitar 13.000 pulau (Antara, 17 Agustus 2010).
Penurunan jumlah pulau yang dimiliki Indonesia tidak berkaitan dengan hilangnya pulau akibat kenaikan muka air laut akibat pemanasan global, atau karena penggalian pasir laut. Tetapi hanya masalah akurasi data saja, karena selama ini belum ada survei yang menghitung jumlah pulau-pulau di Indonesia secara keseluruhan.
Apapun penyebabnya, pemerintah sebagai pemegang amanat rakyat harus mampu menjaga kedaulatan bangsa. Jangan sampai terjadi lagi kisah Sipadan & Ligitan jilid 2 ataupun kisah penjualan pulau yang sempat heboh di dunia maya beberapa tahun lalu. Penjualan pulau ini merupakan anomali yang mebuat miris, dimana kenyataannya tidak hanya pulau di daerah terpencil yang telah berpindah tangan ke orang asing. Beberapa pulau nan indah di Kepulauan Seribu, yang masih dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota, juga tidak bisa dinikmati lagi oleh putra bangsa karena sudah bukan hak negara. Pembelinya bukan hanya warga asing, beberapa pejabat dan milyuner negeri pun juga ingin menjadi raja di pulaunya sendiri.. Ironis..
Ralat : Saat melintasi laut Jawa dalam penerbangan kembali dari Makasar, seorang teman bertanya "eh di Madura ada pabrik yah ??" Langsung saya teringat, bahwa satu tambahan koleksi pulau Indonesia yang saya pernah jejaki, bahkan sejak SD dulu... SO, total adalah 13 pulau atau 0,1 persen,, Masih jauhhhh...
Sehingga suatu saat kita semua memang layak disebut “Anak Seribu Pulau”…
Penurunan jumlah pulau yang dimiliki Indonesia tidak berkaitan dengan hilangnya pulau akibat kenaikan muka air laut akibat pemanasan global, atau karena penggalian pasir laut. Tetapi hanya masalah akurasi data saja, karena selama ini belum ada survei yang menghitung jumlah pulau-pulau di Indonesia secara keseluruhan.
Apapun penyebabnya, pemerintah sebagai pemegang amanat rakyat harus mampu menjaga kedaulatan bangsa. Jangan sampai terjadi lagi kisah Sipadan & Ligitan jilid 2 ataupun kisah penjualan pulau yang sempat heboh di dunia maya beberapa tahun lalu. Penjualan pulau ini merupakan anomali yang mebuat miris, dimana kenyataannya tidak hanya pulau di daerah terpencil yang telah berpindah tangan ke orang asing. Beberapa pulau nan indah di Kepulauan Seribu, yang masih dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota, juga tidak bisa dinikmati lagi oleh putra bangsa karena sudah bukan hak negara. Pembelinya bukan hanya warga asing, beberapa pejabat dan milyuner negeri pun juga ingin menjadi raja di pulaunya sendiri.. Ironis..
Sudahlah… Mengingatkan pemerintah wajib tapi mengandalkannya jangan… Ha3x.. Mari kita sedikti evaluasi dan berkaca, apakah kita sudah layak dan siap disebut Anak Seribu Pulau, Lets answer the question..
Berapa banyak pulau di Indonesia yang sudah kita kunjungi ?
Tidak lebih dari jumlah jari tangan dan kaki saya. Saking sedikitnya, saya masih bisa ingat nama pulau pulau ini : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Lombok, Gili Air, Gili Trawangan, Sempu, Derawan, Kakaban, Sangalaki, Maratua.. Ironis, hanya 12 buah alias 0,092 persen..
Ralat : Saat melintasi laut Jawa dalam penerbangan kembali dari Makasar, seorang teman bertanya "eh di Madura ada pabrik yah ??" Langsung saya teringat, bahwa satu tambahan koleksi pulau Indonesia yang saya pernah jejaki, bahkan sejak SD dulu... SO, total adalah 13 pulau atau 0,1 persen,, Masih jauhhhh...
Apakah bisa berenang ?
Tentu tidak.. Ha3x.. Sebagai cucu para nenek moyang pelaut handal, banyak juga dari 200 juta lebih penduduk yang tidak bisa renang.. Tapi saya tidak mencari pembenaran, tidak enak juga rasanya snorkeling harus mengandalkan lifejacket terus.. APalagi jika ingin belajar diving, minimal harus mahir dulu renang… Semangattt…
Apakah pernah mabuk laut ??
Alhamdulillah tidak.. Perjalanan laut terpanjang saya adalah Balikpapan – Surabaya dengan KM Tidar. Meskipun 28 jam lebih, perjalanan ini tidak terasa karena saya bersama rombongan besar yang terdiri 100 orang lebih. Perjalanan laut paling mencemaskan adalah Lombok – Bali dimana selama perjalanan seperti spot jantung. Ombak yang besar terasa menggoyang kencang kapal, bahkan menyewa kamar ABK pun tetap tak mampu menghilangkan wajah pucat pasi kami.
---------------------
Kesimpulan :
Dari ketiga pertanyaan sederhana tersebut, saya menilai diri ini belum layak menyandang predikat anak seribu pulau.
Kuesioner di atas memang tidak dilakukan dengan metode statistik yang njilimet dan valid. Hanya sedikit iseng untuk menunjukkan seberapa kuat merasuknya jiwa bahari kita.. Ha3x.. Penelitian untuk itu juga tidak perlu dilakukan, karena yang diperlukan adalah tindakan nyata... Seperti saya yang akan selalu senang untuk mengunjungi puluhan ribu pulau tersisa yang belum saya jamah. Kan kalau tak kenal maka tak sayang... :p
Dari ketiga pertanyaan sederhana tersebut, saya menilai diri ini belum layak menyandang predikat anak seribu pulau.
Kuesioner di atas memang tidak dilakukan dengan metode statistik yang njilimet dan valid. Hanya sedikit iseng untuk menunjukkan seberapa kuat merasuknya jiwa bahari kita.. Ha3x.. Penelitian untuk itu juga tidak perlu dilakukan, karena yang diperlukan adalah tindakan nyata... Seperti saya yang akan selalu senang untuk mengunjungi puluhan ribu pulau tersisa yang belum saya jamah. Kan kalau tak kenal maka tak sayang... :p
Kita tidak harus mengingat dan mengunjungi keseluruhan pulau indah ini. Karena saya menilai “makna” dalam sebutan anak seribu pulau adalah dimana kita bisa menggunakan potensi kelautan kita, baik untuk pariwisata maupun perikanan dengan tetap menjaga dan menjamin baik kedaulatan maupun kelestariannya. Hmmmmm…. Tentunya sesuai dengan peran dan batas kekuasaan kita masing-masing…
Sehingga suatu saat kita semua memang layak disebut “Anak Seribu Pulau”…
No comments:
Post a Comment