Salah satu cara untuk menekan biaya jalan - jalan adalah menekan biaya transportasi, terutama penerbangan. Cara yang jamak dilakukan adalah berburu tiket promo. Sayangnya, ketika saya sudah merasa berhasil meraih tiket murah, pasti ada teman yang pernah atau sedang dapat hasil yang lebih murah.. Hadow, susah memang berebut program kemurahan maskapai ini. Bagaimana gak ? Setiap promo mesti dimulai tengah malam, begitu di mulai, pasti website langsung overload.. Brrrr... Tapi, setidaknya hal ini menjadi bukti bahwa banyak orang semacam saya... Promo ticket is very high competitive..
Makanya, begitu tahu seorang teman bisa dapat tiket gratis hanya bermodal twiter, saya langsung bersiap untuk berjibaku memperebutkan tiket gratis berikutnya. Eureka, akhirnya saya dapat. Tapi memang gak mulus banget, gangguan server membuat saya sebagai pemenang telat dihubungi. Jadwal yang sudah saya susun harus disesuaikan... mundur....
Tambah lagi, jadwal kuliah yang di ganti seenaknya oleh pihak akademik membuat rute tujuan harus dibelokkan.. Itenerary ke Pulau Dewata di tarik lebih dekat menjadi Banyuwangi. Ha3x,, Niat saya awalnya hanya ingin mencoba sensasi naik pesawat selain Boeing dan Airbus , yup MA60.. Kan kata pelancong handal "traveling is not about the destination, but the journey". Mari saya buktikan...
Prolog
Diawali kebut-kebutan dari kampus menuju Juanda menggunakan motor dengan skala bensin sudah menunjuk huruf E besar.. Waktu yang hanya 40 menit dengan kondisi jalur padat menengah memaksa saya hanya berdoa semoga Vario ini tidak mogok karena kehabisan bensin. Yang penting, jangan sampai ketinggalan pesawat dulu, urusan bensin untuk pulang belakangan...
Alhamdulillah yah, ketika menjejakkan kaki ke pintu keberangkatan, nama saya sudah dipanggil untuk segera ke ruang tunggu. Aneh, saya kan belum check in,, kok udah dipanggil,. Ternyata tiket gratis yang diberikan adalah dengan keterangan sebagai staf.. Ha3x... Benar - benar syukur kuadrat, padahal saat itu sudah tinggal 15 menit untuk terbang.. Kapokkkk,....
So, ada apa saja di Banyuwangi ??
Blimbingsari
Bandara ini memberi kesan khusus bagi saya. Sampai saat ini, inilah bandara terkecil yang pernah saya singgahi (termurah juga, airport tax nya hanya Rp. 8000). Dalam seminggu, penerbangan komersial hanya ada 4 kali dengan rute Sby - Bwi dan 4 kali sebaliknya.
Hmmm, pertugasnya nganggur duonk ? Yup, jadwal tetap hanya itu.. Tetapi, bandara ini juga melayani pendaratan pesawat - pesawat kecil untuk latihan dari TNI.. Hasil ngobrol dengan salah satu petugasnya yang masih PNS baru, penumpang komersial hampir selalu itu - itu saja, sampai dia hafal... Eits, jangan sepelekan bandara ini. Suatu ketika, ketika potensi pariwisata yang menjanjikan di kawasan timur Jawa ini berkembang, saya yakin akan banyak penerbangan kesini..
So, jangan berharap soal fasilitas. Landasan cukup pendek, ruang bandara mirip kantor kelurahan, waiting room sekelas ruang tunggu puskesmas, toilet hanya ada satu (unisex) di luar bandara, penjual hanya ada satu dan mushola yang tidak terawat. Tranportasi ke kota (taxi, travel, ojek) hanya ada selama 1 jam, jam 1 sampai jam 2 saat penumpang datang dari Surabaya. Setelah pesawat balik ke Juanda, bandara dan semuanya tutup, sepi...... (Pengalaman pribadi, menyaksikan bandara ditutup dan ngobrol ngalur ngidul dengan petugas yang sudah gak ada kerjaan selain ngawasi tukang yang lagi renovasi bandara... Ha3x..)
Ketapang, Boom, Taman Suruh
Keterbatasan waktu sempat membuat saya bingung. Tapi, satu lagi rejeki bagi saya dalam perjalanan kali ini, adanya teman yang siap mengantar dan menjadi guide dadakan.. Ditambah, bersedia meminjami motornya.. Ha3x..
Dalam dua hari di sana, saya sempat mengunjungi pantai Blimbingsari, Boom, Pelabuhan Ketapang, Alun- Alun, Stasiun Banyuwangi, Pabrik Kertas, dan Taman Suruh.
Banyuwangi memang tak memiliki bangunan yang menjadi landmark khusus untuk dikunjungi. Kawasan ini telah memiliki alam dan budaya lokal yang potensial, jadi tidak perlu ada landmark buatan yang musti dibangun..
Alas Purwo, Baluran, Kawah Ijen, Plengkung/G-Land, atau Muncar telah terkenal keindahannya, bahkan oleh para surfer dan hiker dunia. Sayang, letaknya yang terlalu jauh dan memerlukan banyak waktu membuat saya belum sempat kesana. Satu lagi langkah nyata yang dilakukan oleh pemerintah adalah diadakannya Banyuwangi Etnic Carnival yang pertama pada Oktober lalu. So, memang ada alasan bagi saya untuk kembali,...
Soto Rujak, Terong Welut, Duren Nyai
Salah satu kenikmatan traveling yang masih bisa ditolerir dengan waktu yang sempit adalah wisata kuliner. Satu kewajiban ketika mengunjungi suatu tempat baru adalah mencicipi kulinernya. Meskipun Kuliner di kota ini masih satu rumpun dengan gaya Jawa Timur-nya, namun detail rasa, bahan dan gaya cukup berbeda... Hmmm...
Dari awal, saya mengincar dua makanan khas, Soto Rujak dan Nasi Tempong.. Meski hanya keturutan Soto Rujak, saya dapat bonus menu ikan bakar yang khas dengan sayur daun kelor dan sayur leroban nya. Menu terakhir ini adalah lalapan matang yang terdiri dari 10 jenis sayur, yang menarik adalah terong mini (terong welutnya)... Mantebbb...
Tawaran lain yang menggiurkan adalah mecoba Duren Merah yang disebut Duren Nyai (baru saja kemaren lihat di tipi).. Sayang, meski kami mendatangi daerah penghasilnya, kedatangan yang mendadak di luar musimnya membuat kami tidak kesampaian mencoba si Nyai.. Ada alasan tambahan bahwa saya harus dan akan kesana lagi.. Ha3x..
Epilog
Senja di Pelabujan Ketapang membawa ingatan saya kembali ketika study tour SMA dulu.. Semangat, kenangan dan cerita klasik yang akan selalu saya kenang. Kini, saya mencoba meresapinya kembali....
Note : Special thanks to Agan Ende atas informasi twit-nya, Merpati untuk tiket gratisnya, Andry yang rela menekan ketakutannya untuk nyetir motor karena harus menjemput saya, Mas Yoni yang capek mengantar keliling malam-malam.
Tambah lagi, jadwal kuliah yang di ganti seenaknya oleh pihak akademik membuat rute tujuan harus dibelokkan.. Itenerary ke Pulau Dewata di tarik lebih dekat menjadi Banyuwangi. Ha3x,, Niat saya awalnya hanya ingin mencoba sensasi naik pesawat selain Boeing dan Airbus , yup MA60.. Kan kata pelancong handal "traveling is not about the destination, but the journey". Mari saya buktikan...
Prolog
Diawali kebut-kebutan dari kampus menuju Juanda menggunakan motor dengan skala bensin sudah menunjuk huruf E besar.. Waktu yang hanya 40 menit dengan kondisi jalur padat menengah memaksa saya hanya berdoa semoga Vario ini tidak mogok karena kehabisan bensin. Yang penting, jangan sampai ketinggalan pesawat dulu, urusan bensin untuk pulang belakangan...
Alhamdulillah yah, ketika menjejakkan kaki ke pintu keberangkatan, nama saya sudah dipanggil untuk segera ke ruang tunggu. Aneh, saya kan belum check in,, kok udah dipanggil,. Ternyata tiket gratis yang diberikan adalah dengan keterangan sebagai staf.. Ha3x... Benar - benar syukur kuadrat, padahal saat itu sudah tinggal 15 menit untuk terbang.. Kapokkkk,....
So, ada apa saja di Banyuwangi ??
Blimbingsari
Bandara ini memberi kesan khusus bagi saya. Sampai saat ini, inilah bandara terkecil yang pernah saya singgahi (termurah juga, airport tax nya hanya Rp. 8000). Dalam seminggu, penerbangan komersial hanya ada 4 kali dengan rute Sby - Bwi dan 4 kali sebaliknya.
Hmmm, pertugasnya nganggur duonk ? Yup, jadwal tetap hanya itu.. Tetapi, bandara ini juga melayani pendaratan pesawat - pesawat kecil untuk latihan dari TNI.. Hasil ngobrol dengan salah satu petugasnya yang masih PNS baru, penumpang komersial hampir selalu itu - itu saja, sampai dia hafal... Eits, jangan sepelekan bandara ini. Suatu ketika, ketika potensi pariwisata yang menjanjikan di kawasan timur Jawa ini berkembang, saya yakin akan banyak penerbangan kesini..
So, jangan berharap soal fasilitas. Landasan cukup pendek, ruang bandara mirip kantor kelurahan, waiting room sekelas ruang tunggu puskesmas, toilet hanya ada satu (unisex) di luar bandara, penjual hanya ada satu dan mushola yang tidak terawat. Tranportasi ke kota (taxi, travel, ojek) hanya ada selama 1 jam, jam 1 sampai jam 2 saat penumpang datang dari Surabaya. Setelah pesawat balik ke Juanda, bandara dan semuanya tutup, sepi...... (Pengalaman pribadi, menyaksikan bandara ditutup dan ngobrol ngalur ngidul dengan petugas yang sudah gak ada kerjaan selain ngawasi tukang yang lagi renovasi bandara... Ha3x..)
Ketapang, Boom, Taman Suruh
Keterbatasan waktu sempat membuat saya bingung. Tapi, satu lagi rejeki bagi saya dalam perjalanan kali ini, adanya teman yang siap mengantar dan menjadi guide dadakan.. Ditambah, bersedia meminjami motornya.. Ha3x..
Dalam dua hari di sana, saya sempat mengunjungi pantai Blimbingsari, Boom, Pelabuhan Ketapang, Alun- Alun, Stasiun Banyuwangi, Pabrik Kertas, dan Taman Suruh.
Banyuwangi memang tak memiliki bangunan yang menjadi landmark khusus untuk dikunjungi. Kawasan ini telah memiliki alam dan budaya lokal yang potensial, jadi tidak perlu ada landmark buatan yang musti dibangun..
Alas Purwo, Baluran, Kawah Ijen, Plengkung/G-Land, atau Muncar telah terkenal keindahannya, bahkan oleh para surfer dan hiker dunia. Sayang, letaknya yang terlalu jauh dan memerlukan banyak waktu membuat saya belum sempat kesana. Satu lagi langkah nyata yang dilakukan oleh pemerintah adalah diadakannya Banyuwangi Etnic Carnival yang pertama pada Oktober lalu. So, memang ada alasan bagi saya untuk kembali,...
Soto Rujak, Terong Welut, Duren Nyai
Salah satu kenikmatan traveling yang masih bisa ditolerir dengan waktu yang sempit adalah wisata kuliner. Satu kewajiban ketika mengunjungi suatu tempat baru adalah mencicipi kulinernya. Meskipun Kuliner di kota ini masih satu rumpun dengan gaya Jawa Timur-nya, namun detail rasa, bahan dan gaya cukup berbeda... Hmmm...
Dari awal, saya mengincar dua makanan khas, Soto Rujak dan Nasi Tempong.. Meski hanya keturutan Soto Rujak, saya dapat bonus menu ikan bakar yang khas dengan sayur daun kelor dan sayur leroban nya. Menu terakhir ini adalah lalapan matang yang terdiri dari 10 jenis sayur, yang menarik adalah terong mini (terong welutnya)... Mantebbb...
Tawaran lain yang menggiurkan adalah mecoba Duren Merah yang disebut Duren Nyai (baru saja kemaren lihat di tipi).. Sayang, meski kami mendatangi daerah penghasilnya, kedatangan yang mendadak di luar musimnya membuat kami tidak kesampaian mencoba si Nyai.. Ada alasan tambahan bahwa saya harus dan akan kesana lagi.. Ha3x..
Epilog
Senja di Pelabujan Ketapang membawa ingatan saya kembali ketika study tour SMA dulu.. Semangat, kenangan dan cerita klasik yang akan selalu saya kenang. Kini, saya mencoba meresapinya kembali....
Note : Special thanks to Agan Ende atas informasi twit-nya, Merpati untuk tiket gratisnya, Andry yang rela menekan ketakutannya untuk nyetir motor karena harus menjemput saya, Mas Yoni yang capek mengantar keliling malam-malam.
3 comments:
eh, ngga serem naik pesawatnya? foker kan ya?
MA 60 buk, yang kemarin - kemarin jatuh di Papua sono...
Meski muat 60 an penumpang (ukuran sedang), fakta pesawat ini buatan China biking ngeri juga... Ha3x..
Education is that which remains when one has forgotten everything learned in school. Cheap Flights to New York
Post a Comment