Sunday, May 16, 2010

Meru Betiri : Perjalanan ke Ujung Wetan

Ketika kesempatan datang, jangan pernah kita menolaknya. Seperti itulah prinsip dasar saat datang tawaran untuk melakukan perjalanan ke Ujung Wetan pulau Jawa (aka Banyuwangi). Tergoda dengan promosi teman tentang keindahan dan pesona alam yang masih asli di Taman Nasional Meru Betiri semangat langsung timbul, meski ditengah kondisi badan yang kurang fit karena begadang selama beberapa hari. Petualangan ke tempat baru memang sulit untuk di tolak..
 
Jam 12 malam, saya yang hanya modal ngikut dan percaya penuh dengan teman-teman berangkat dari Surabaya bersama rombongan yang berisi 5 orang. Suasana yang gerimis semakin membuat nyaman di sepanjang perjalanan. He3x.. Thanks yang sudah ikhlas buat nyetir selama perjalanan. Setelah menempuh perjalanan selama 9 jam dengan perubahan jalur karena ada jembatan roboh, akhirnya sampai juga di obyek yang pertama Pantai Rajegwesi.

--> Pantai Rajegwesi masih alami dengan pemandangan bukit dan karang yang bersebelahan dengan kampung nelayan. Konon, dahulu di di pantai ini terdapat perkampungan besar, tsunami tahun 1994 memporakporandakannya. Sekarang yang terlihat hanya kampung nelayan kecil dengan beberapa rumah dan warung. Dari Rajegwesi rombongan kembali ke Kantor Jagawana di Desa Sarongan, karena perjalanan ke obyek berikutnya mengharuskan kita berganti kendaraan untuk trek yang ekstrim.
 
Adrenalin yang memuncak membuat saya memilih untuk naik diatas mobil 4WD yang kita sewa, tanpa tahu jarak dan medan yang akan ditempuh. Lupakan jalan aspal yang mulus, aspal yang terkikis hujan hanya menyisakan bongkahan batu besar dan jalan tanah yang becek dan licin. Saya yang masih bersemangat tetap mencoba bertahan di atas mobil meskipun pantat dan kaki sudah kesakitan karena guncangan mobil ketika melalui jalanan berbatu.

Perjalanan makin panjang karena jembatan yang baru selesai dibangun (belum diresmikan) roboh, jadi harus memutar untuk menyeberangi sungai. Perjalanan yang hanya beberapa kilo ini akhirnya harus ditempuh dalam 2.5 jam. Dalam perjalanan ini kami melalui hutan hujan (dengan vegetasi beragam yang pasti membuat senang ahli tanaman) dan perkebunan PTPN XII yang berdampingan dengan Taman Nasional. Terdapat beberapa jenis tanaman industri seperti karet, kopi, kakao dan tanaman pagar seperti jarak pagar dan jati. Di area hutan kami menemukan beberapa binatang yang bercengkerama bebas, seperti merak, monyet, budeng (sejenih monyet, tetapi berwarna lebih gelap), biawak, dan ayam hutan.
 
Setelah sampai di penginapan, kita mandi, makan dan bersiap untuk acara selanjutanya nanti malam. Permasalahan mulai muncul, saat bangun tidur badan saya demam.. O..la..la.. badan yang sudah lama dimanjakan tanpa aktivitas olahraga ini berontak, kecapekan atau apalah sehingga suhu tubuh naik dan semua badan terasa pegal. Setelah minum obat penurun demam dan tidur tambahan sambil menunggu panggilan dari guide, keringat mulai menetes untuk menyeimbangkan suhu badan dan Alhamdulillah badan sudah sedikit fit meski tidak 100 persen.

 Setelah sabar menunggu dalam kegelapan Pantai Sukamade, akhirnya kita berhasil mengamati proses bertelurnya penyu yang unik, bersama para bule yang kelihatan sangat interest untuk mencatat, bertanya dan mengabadikan momen itu. Dari penjelasan guide dalam bahasa inggris yang fasih, dalam sekali bertelur penyu ini menghasilkan kurang lebih 100 buah telur, sayangnya dari 1,000 telur ini hanya 1 ekor yang akan bertahan sampai dengan dewasa. Seleksi alam secara alamiah dari predator dan kebodohan ulah manusialah penyebabnya. Menarik untuk diketahui, bahwa penyu yang dilepas di pantai ini suatu saat pasti kembali lagi kesini untuk bertelur. Amazing.. Mengingat mereka akan bertelur setelah usia 25 - 40 tahun.

 
Sayang, besoknya saya terpaksa menyerah dengan kondisi sehingga tidak bisa ikut melepas tukik (anak penyu). Karena kena angin laut semaleman, demam makin parah sehingga saya hanya bisa melewatkan pagi dengan tiduran di kamar sampai persiapan perjalanan pulang. Perjalanan pulang terasa sedikit lebih baik, karena saya dengan kondisi badan abnormal diberi previlege untuk duduk di samping sopir, sehingga bisa puas menikmati perjalanan meskipun lebih banyak saya habiskan dengan tertidur dengan badan panas dingin.

Sebenarnya dalam rute ini ada beberapa obyek yang bisa kita singgahi, kami memilih mampir ke sebuah pantai yang terlihat sangat menarik dari atas tebing, Teluk Hijau (Green Bay) namanya. Perjalan kesana kira-kira hanya 1 kilo meter dari parkir mobil, tapi medan yang ditempuh sangat berat dengan lereng curam dikelilingi jurang. Tetapi perjuangan saya tidak sia-sia, pantainya sangat menarik dengan dua karang yang menghalangi dengan celah kecil, pantai berpasir putih bersih dan air terjun yang menghiasi. Ah,,,, Segarrr..
 
Masih ada beberapa obyek yang belum kami singgahi, Peace Bay, Gua Jepang dan Bunga Raflesia, hanya waktu liburan lah yang membatasi. Tak lupa dalam diri kami berharap, semoga keindahan ini akan selalu terjaga sehingga generasi kita, anak kita bahkan cucu kita akan dapat menyaksikannya.
 
Perjalanan ini bagi saya mengingatkan agar lebih menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga, menghindari terulangnya peristiwa memalukan jatuh dari kursi di warung makan karena badan yang tiba-tiba melayang lemas, diiringi suara piring pecah dan beberapa botol minuman soda yang berjatuhan. Hahahahha..
Salam..

Read More »»»