Monday, September 29, 2014

JFC 2013: When Art meet Technology & Illusion..

Acara ini menasbihkan diri sebagai karnaval terbesar di Indonesia dan mengklaim ssebagai yang terbesar ke-empat di dunia, setelah Mardi Grass, Rio de Janeiro Carnaval, dan Fastnatch Koln. Jember Fashion Carnaval (JFC) ke 12 tahun 2013 mengambil tema utama "Artechsion (Art meet Technology & Illusion)" dengan 10 tema defile: Tibet, Betawi, Venice, Artdeco, Bamboo, Octopus, Canvas, Tribes, dan Spider. Pagelaran utama (show time untuk fashion show) digelar secara marathon dalam 3 hari: Kids Carnical (23 Agustus), Art Wear Carnival (24Agustus), dan Grand Carnival (25 Agustus).




Menuju ke Jember dengan transportasi umum dapat dilakukan dengan dua pilihan, kereta api atau Bus Antar Kota. Perjalanan kereta api memakan waktu kurang lebih 3 jam dari Stasiun Gubeng, Surabaya. Sedangkan Bus Kota memerlukan waktu lebih lama, kurang lebih 4 jam sampai di Terminal Purabaya, Sidoarjo, Untuk transportasi dalam kota, angkotan kota (angkot) bisa menjadi pilihan dengan tarif Rp. 2000 - Rp. 4000. Alternatif lain adalah dengan menggunakan becak.. Taxi tersedia dalam jumlah terbatas, tidak mudah menemukannya. Dalam kondisi seperti ini, banyak bertanya dan bersabarlah. Atau bisa menikmati suasana dengan berjalan kaki..



Untuk akomodasi, sangat tidak disarankan untuk go show. Beberapa jalan utama yang di tutup/dialihkan akan membuat proses perburuan penginapan menjadi riskan dan memakan banyak waktu. Agar lebih nyaman, carilah penginapan yang terletak dalam rute carnaval sehingga tidak repot - repot mencari transportasi atau jalan kaki yang jauh. Di sepanjang Jalan Jaksa Agung ada beberapa hotel melati yang bisa menjadi pilihan dengan harga relatif terjangkau .Keuntungan lain, area ini merupakan kawasan jajanan yang cukup ramai di malam hari. Beberapa minimarket yang terletak tidak jauh dari hotel memberikan kemudahan jika terdesak dengan kebutuhan perjalanan.



Diantara jeda dua karnaval, menghabiskan malam dengan menikmati kuliner lokal atau mencoba bioskop lokal dapat menjadi pilihan. Dengan harga jauh lebih murah dibandingkan di kota besar lainnya, pilihan film yang diputar pun cukup beragam dan update. Terletak di antara jajaran ruko dan pedagang kaki lima di Jalan Gatot Subroto, lokasi Kusuma Theatre (New Star Cineplex) ini relatif susah ditemukan. Sembari menunggu jam pertunjukan dimulai, silahkan menikmati kuliner jalanan yang mengenyangkan dan ramah di kantong. Rujak Soto, yang sebenarnya berasal dari Banyuwangi, bisa ditemuka di sekitar alun - alun tak jauh dari bioskop ini.



Pada Grand Carnaval, fisik yang prima dan bekal yang cukup sangat diperlukan, terutama air mineral. Cuaca yang panas di tengah, panggung utama yang berupa aspal, dan penonton yang penuh sesak sangat menguras keringat. Bagi yang ingin nyaman dan  bisa leluasa menikmati pertunjukan silahkan membeli tiket seharga Rp. 150.000. Untuk fotografer, disediakan tempat khusus yang leluasa untuk mengambil angle terbaik. Para peragawan/wati pun akan dengan senang berpose dengan senyum standar maupun gaya menantang sesuai tema.. Sayang, sound system yang ada kurang keras dibanding riuh rendah dan tepuk tangan penonton. ..



-----------------------------

Meskipun masih memerlukan beberapa perbaikan, Jember Fashion Carnaval yang memasuki tahun ke 12  penyelenggaraannya ini telah mampu menjadi barometer dan panutan event carnaval di Indonesia. Beberapa pagelaran serupa mulai tumbuh dan bermunculan di berbagai kota, seperti Solo Batik Carnival dan Banyuwangi Ethno Carnaval. Ke depan, event semacam ini harus mendapatkan perhatian luas dari pihak terkait sehingga dapat disenergikan dengan agenda wisata yang lain sehingga lebih menarik minat wisatawan,. Tak lupa, perbaikan fasilitas umum dan kemudahan akomodasi serta transportasi perlu mendapatkan perhatian utama..
Read More »»»

Sunday, September 07, 2014

Hongkong : from Die-cast to Real..

Mainan miniatur pesawat, jawaban inilah yang terlontar dari sebagian besar orang ketika mendapat pertanyanaan "Apakah itu Airline Die-cast?". Tidak salah memang, tepatnya "mainan mahal".. Bagaimana tidak, untuk produk pabrikan diecast ternama, harga "normal" mainan ini adalah Rp. 500 ribu (harga di Indonesia, 2012, skala 1:400). Untuk rare item, harga bisa berkali - kali lipat. Wow...

My 1st A380 Die-cast collection (have been barterred)
Menurut Wikipedia: "The term die-cast toy here refers to any to or collectible model produced by using the die casting method. The toys are made of metal, with plastic, rubber, or glass details.

How to Collect ?

Awalnya, saya mendapatkan die-cast dari sesama kolektor melalui kaskus. Berikutnya, saya mengetahui dan bergabung dengan komunitas die-caster (kampoengdiecast dan aviationdiecast).

Pengetahuan tentang dunia die-cast yang semakin membaik (terima kasih master master di forum), mempengaruhi jenis koleksi yang saya kumpulkan. Awalnya, saya asal mengkoleksi diecast (baik type maupun ukuran). Selanjutnya saya mulai fokus koleksi untuk salah satu jenis saja. Selain lebih teratur dengan tema tertentu, tentunya lebih hemat. Maklum, hampir setiap bulan selalu ada jenis dan serie baru yag di release. Kalau mengikuti hati, bisa habis jatah uang jajan dan tabungan.

Pemilihan tema koleksi ini bebas ditentukan dan sesuai kemampuan. Koleksi maskapai dalam negeri, koleksi kargo jenis Boeing 748, koleksi livery special editions, bahkan koleksi pesawat yang pernah kita naiki saja. Bebas dan tergantung kreatifitas.

Saya awalnya mengumpulkan maskapai dalam negeri, ternyata banyak dan tidak semua dikeluarkan edisinya. Kemudian berganti menjadi  jenis yang pernah saya naiki. Tema ini terlalu sedikit karena hampir semuanya hanya A320 atau B738 (membosankan). Akhirnya, saya menemukan jodoh di type Airbus A380.. 


Why A380 ?

Source: google
Wuih.. Siapa sih yang tidak tahu pesawat penumpang komersial terbesar saat ini? Memang kata orang size doesn't matters, tapi menerbangkan pesawat jumbo seperti ini tetap sesuatu yang amazing bagi saya.. Wish i could fly.. Dengan lebih dari 500 penumpang (konfigurasi 3 kelas) dan kabin berlantai dua, tampilan aircraft ini benar - benar elegan dan perkasa.. Jika kita melihat spesifikasi teknis dan kemampuan jelajahnya, pesawat ini masih menjadi pilihan untuk long haul flight.

Maskapai yang menggunakan jenis ini masih sangat terbatas, dan pastinya adalah global airlines dengan rute lintas benua. Singapore Airline sabagai maskapai yang pertama menerbangkannya pada Desember 2007. merasa sangat bangga sekali, hingga membuat livery khusus di body pesawat dengan tulisan "First to Fly A380". Awesome

Sayangnya, tak satupun maskapai Indonesia yang telah memiliki atau memesannya. Selain karena pertimbangan bisnis, bandara untuk take-off dan landing pesawat jenis ini memerlukan standar khusus. Kekuatan landasan, ukuran dan panjang runway yang utama. Untuk kenyamanan penumpang, diperlukan ruang tunggu dan garbarata yang terpisah dua tingkat agar mobilisasi penumpang dan bagasi lebih cepat.


My 1st A380 Fight Experience

Sebagai backpacker, keinginan terbang dengan aircraft sepertinya tidak ada harapan. Selain mahal, rute penerbangannya juga jauh.. Tidak efisien jika untuk liburan hanya seminggu. Namun, jodoh tak kemana. Berbekal informasi teman, ada penerbangan terjangkau dengan A380 dalam jarak dekat. Rute Hongkong - Bangkok, yang sebenarnya adalah rute transit saja untuk lanjut ke Dubai.

From Die-cast to Real
Bertepatan dengan liburan saya ke Hongkong, dan program promo dari Emirates, saya nekat mencoba rute ini.. Risikonya, waktu liburan saya di Hongkong lebih pendek satu hari. karena tiket murah hanya tersedia untuk hari Sabtu, 25 Juni 2013. Dengan berbagai pertimbangan, saya akhirnya mengubah rute Hongkong - Manila - Jakarta dengan Cebu Airline menjadi Hongkong - Bangkok. Agar tidak sia - sia, saya stay satu hari di Bangkok dan dilanjutkan penerbangan balik dengan Air Asia rute Bangkok - Surabaya.. Hadewww

Naik pesawat sebesar ini, sensasinya luar biasa, mengalahkan tambahan ekstra waktu boarding dan waktu pengambilan bagasi dibanding aircraft jenis lain. In-flight entertainment juga lengkap dan update. Sayang, saya tidak bisa masuk ke lantai dua yang memang diperuntukkan bagi kelas bisnis..

Ada yang ingin menjadi Die-caster, atau mau barter dengan saya ?? Contact or Ping Me...
You wanna try to A380, let's fly....
Read More »»»

Monday, August 04, 2014

Vesak Day on Borobudur 2013: Acara Nanngung

Sebagai Candi Budha terbesar di dunia, perayaan waisak di Borobudur merupakan satu event yang saya tunggu (konon katanya masuk one of 501 must see event before we die). Kebangetan juga kali, Gresik - Yogyakarta kan tidak terlalu jauh, pun transportasi juga mudah dengan cukup naik kereta atau bus. Namun, niat ini susah sekali diwujudkan. Sejak 2010 rencana ke event ini selalu terbentur dengan hari libur yang tidak menguntungkan. Akhirnya, keinginan saya terwujud juga di tahun 2557 Saka (2013 Masehi), dimana hari Raya Waisak jatuh di hari Sabtu, 25 Mei 2013.


The Beginnining @Candi Mendut


Jujur, saya tidak cukup spiritual atau mencintai budaya untuk menjadi alasan menghadiri perayaan ini. Acara pelepasan lampion yang katanya sampai dengan 1000 buah yang menjadi magnet utama bagi saya, atau mungkin bagi banyak turis. He3x.. 

Sebagai acara tahunan rutin dan puncak dari seluruh kegiatan keagaam yang dilaksanakan sejak dua minggu sebelumnya, informasi kegiatan ini sangat sulit didapatkan. Sumber informasi yang valid dan cukup terpercaya hanya ada di situs Walubi. Entahlah, mungkin event ini secara resmi memang disusun sebagai kegiatan keagamaan saja. Tapi dari beberapa media online, justru banyak pengunjung yang hadir dengan alasan sisi pariwisata. Perlu koordinasi serius antara Walubi sebagai organisasi umat Budha di Indonesia dengan Dinas Kepariwisataan, biar gak nanggung dan lebih tertata acaranya.

Amazing Borobudur when The Twilight
Yup beneran, karena serba nangunng inilah yang membuat puncak acara di Borobudur ini menjadi terkesan semrawut. Saya merasakan kesemrawutan ini sejak pagi. Jam 10 pagi, perjalanan dari area parkir (lupa sebelah mana) ke Candi Mendut cukup ramai namun masih tertata. Begitu memasuki area Candi. Pedagang kaki lima dan kendaraan roda dua cukup menggangu. Sumpek... Petugas dari panitia dan aparat keamanan pun terlihat tidak mencukupi dan kurang sigap mengatur pengunjung.

Di area pelataran Candi, kondisi peribadatan yang kyusuk terganggu oleh banyaknya turis yang lalu lalang untuk mecari spot foto dan narsis terbaik. Hadew... kasihan yang berdoa pasti terganggu,, Ditambah cuaca yang panas dan tenda tenda yang terhalang pengujung di segala penjuru menjadikan udara manjadi panas. Ah, sayang sekali. Mungkin perlu adanya ketegasan dan pengaturan dari panitia untuk membatasai area pengunjung agar tidak menggangu ritual.


Antiklimaks @Candi Borobudur

Menghindari desak - desakan dan sumpah mati kecapekan, kami memutuskan beristirahat dan tidur di Masjid dekat loket penjualalan tiket. Banyak yang senasib, malah saking capeknya banyak yang gelar tikar atau sarung untuk tidur - tiduran di rerumputan.. Panas dan sumpah ramai sekali...

Karena takut tidak kebagian lokasi nonton, ditambah info bahwa pengunjung yang tidak memiliki tiket tidak boleh mendekat ke area ritual, kami masuk ke area acara sedini mungkin. (ah sialan, info gak bener, semua bisa masuk). Biar tidak garing dan mati gaya, kami nikmati dengan berfoto ria berbagai gaya. Di tengah tengah menunggu, panitia mengumumkan bahwa loket penjualan lampion sudah di buka. Benar saja, antrian panjang segera berjejer. Ternyata, kami hanya diberi satu kertas putih sebagai bukti untuk pengambilan lampion dan bisa diisi dengan doa dan harapan yang ingin dilepas.

Raining Came too soon
Sesuai jadwal, seharusnya acara dibuka pukul 7 malam. Prahara mulai terjadi, sang Menteri Agama yang diberi kehormatan membuka acara datang terlambat. Panitia yang berinistif memberi pengumuman mengenai hal ini malah mendapat koor protes panjang.. Huuuuuuuuuuuuuu... (protes ini kembali diteriakkan ketika Sang Menteri datang).. Ha3x...

Selesai pembukaan, acara dilanjutkan dengan doa dan prosesi jalan mengelilingi Candi oleh para biksu. Banyaknya fotografer dan penonton yang berebut spot dan momen terbaik mengakibatkan kesemrawutan. Meskipun beberapa kali panitia telah menghimbau agar para pengunjung tidak mengahalangi jalan, suasana malah semakin semrawut. 

Malang tak dapat ditolak, menjelang acara puncak yang paling kami tunggu, hujan datang dengan cepat dan deras... Hiks hiks.. Terpaksa,, pelepasan lampion ditunda untuk menunggu hujan reda. Hujan memang senpat beberapa kali kecil, namun tidak berhenti dan kembali deras. Akhirnya pupus sudah harapan kami, pelepasan lampion dibatalkan. Kami dipaksa untuk mengantri kembali untuk menukarkan sobekan kertas bukti pembelian lampion untuk dicairkan kembali dengan harga lampion.. Dalam kondisi pakaian basah dan masih mengenakan jas hujan, plus tutupan aneka payung, antrian semakin terasa panas dan sungguh menyiksa.. Apalagi, panitia harus mengecek nama pembeli secara manual... Ahhhhh...

---------------------------------------------------------------

Bagi saya, Candi Borobudur merupakan suatu obyek yang sangat layak dikunjungi dan mendapat perawatan yang cukup baik. Sayangnya, pengelolaan acara yang kurang rapi membuat acara ini menjadi serba tanggung.. Karena harapan saya belum dilepaskan, saya pasti akan kembali..

Catatan: Thanks untuk Mas Dedi dari Medan, Duma dari Medan yang sedang kuliah S2 di UGM.. 
Read More »»»

Monday, March 10, 2014

Euro Trip: Good Boy Go Bad

Tulisan ini hanya bersifat cerita, bukan saran, tips ataupun trik yang dapat dilakukan. Saya pribadi tidak menganjurkan. Segala tindakan yang dilakukan setelah membaca tulisan ini, adalah atas kesadaran anda pribadi. Risiko dan sangsi yang muncul adalah tanggung jawab anda pribadi. Kenapa? Karena keberuntungan seseorang itu berbeda, tidak pernah sama.. Ha3x..

1st CLASS CABIN

Urusan mass transport, negara - negara uni eropa adalah jagonya. Saking banyaknya rute, saya memerlukan waktu untuk memahami jenis, interchange, dan bahkan pintu masuk dan keluar stasiun dan terminalnya. Agar tidak kesulitan, membeli daily ticket (one day pass) yang bebas rute adalah jurus ampuh. Karena mahal, cara ini akan sesuai jika kita memang ingin melakukan banyak eksplorasi dalam sehari itu.

Satu yang menjengkelkan, di beberapa negara mesin tiket MRT/subway hanya menerima pembayaran  debit & credit card lokal, contohnya adalah di Belgia. Mesin tiket hanya menerima kartu,  jika ingin memberli cash, silahkan mengantri di loket pembayaran. Awalnya hal ini tidak menjadi masalah buat saya. Kejadiaan naas, ketika harus kembali dari Brussel Central ke apartemen host saya di Mechelen, saya harus menelan pil pahit. Semua ticket counter tutup jam 10 malam, sedangkan saat itu saya berada di stasiun jam 11 malam. Setelah sms ke Fred, host saya, dengan nekad saya menaiki kereta tanpa membeli tiket.. Mau gimana lagi coba?

tiket yang ditilep
Saya yang pucat pasi antara jetlag, kedinginan, kelaparan dan ketakutan, terpaksa berdiri bergelantungan karena kereta memang penuh sesak. Saya terus berdoa, semoga tidak ada pemeriksaan tiket atau petugas yang lewat. Malang tak dapat ditolak, setelah berhenti dan menurunkan banyak penumpang di Brussel Nord, terlihat seorang petugas dengan tongkat bulatnya.. Wajah saya makin pucat, dan segera saya memikirkan alasan apa yang akan saya utarakan.. Sempat terpikir, untuk pura - pura tersasar atau tak tahu arah, tapi saya urungkan..

Akhirnya, begitu petugas menghampiri, saya langsung mengulurkan uang 10 euro, dan si petugas hanya tersenyum dan memutar tongkatnya.. Saya pikir akan dipukul, ternyata si bapak membuka penutup samping di tongkat itu.. Merobek kertas tiket dan mengembalikan uang receh 6.5 euro. "For you, it's no problem.. Yo can move to 1st class cabin. You can sit there.." Langsung saja wajah saya cerah ceria. Selain tidak di denda, saya dipersilahkan menikmati kenyamanan kursi di kabin kelas satu.. Ha3x...

TICKET FOR FREE

Urusan tiket city tour memang cukup menyulitkan perjalanan saya. Itenerary yang terlalu padat membuat saya hanya punya waktu singkat untuk mempelajari rute dan sistem transportasinya (12 hari di 7 kota). Meskipun sudah mempelajari dari berbagai travel blog dan buku panduan, penyakit saya adalah buta peta, alias sering nyasar. Lebih parahnya, sistem mass transport akan berbeda di tiap  negara, bahkan berbeda antar kota dalam satu negara.

Kebingungan akan perbedaan tranportasi umum ini saya alami pertama kali di Milan. Berbekal panduan untuk menuju hostel yang saya terima melalui email, saya mencari halte pemberhentian Tram. Setelah tanya petugas dan penduduk lokal, saya sudah berdiri di salah satu halte di Via Vitruvio. Tempat pemberhentian ini berada di tengah dua jalan besar, dan para calon penumpang berdiri dengan berjajar rapi. Saat itu, saya berpikir tiket dapat dibeli di sopir (gak ada kondektur).

jangan sampai berurusan
Begitu tram lewat, saya yang segera naik. Loh, kok driver nya diam saja dan tidak menarik karcis.. Tetap saya berpikiran positif, mungkin ada kondektur yang narikin ongkos (ala metromini). Begitu duduk, saya segera turun dari Tram.. Yup, saya salah pilih, Tram berjalan ke arah lain, alias kebalik. Terpaksa saya harus menyeberang beberapa lampu merah untuk pindah ke sisi lain yang lumayan jauh..

Akhirnya setela mendapat Tram yang benar, saya bisa duduk santai di kabin yang terbuat dari kayu ini. Dengan berjalan lambat, sumpah kayak busway, Tram sampai di halte tujuan.. Saya yang belum membayar, segera saja turun dan merasa menang.. Ahaa, kondekturnya tidak menarik ongkos.. Selidik punya selidik, Tram di Milan bersifat langganan atau membership.. Untuk tourist, Tram akan gratis jika kita mempunyai tiket Metro/MRT dengan jangka waktu 1.5 jam setelah penggunaan. Sisa perjalanan saya di Milan, saya habiskan dengan naik Tram gratis, sayang rute Tram tidak menjangkau seluruh kota dan saya tidak menemukan peta..

Namun, kenakalan terbesar saya di Eropa untuk urusan tiket adalah di Roma. Rata - rata, stasiun MRT di Roma tidak menyediakan kounter tiket.. Saya yang mencoba berhemat, menikmati kota ini dengan berjalan kaki. Maklum, banyak obyek menarik yang bisa dilihat, akan ribet jika mesti naik turun MRT atau bus. Untuk tiket MRT, saya biasanya hanya membeli single pass di kios koran di stasiun MRT, 1.5 Euro untuk sekali pakai.

Setelah seharian puas menikmati Vatican, saya berbegas menuju Stasiun Ottaviano. Setelah celingak celinguk mencari kios penjual tiket, saya tidak menemukan sama sekali. Karena sudah sampai di depan portal masuk, dan saya melihat kereta pas datang.. Saya kepikiran untuk masuk saja tanpa membayar tiket. Dalam pikiran saya, kalo ada petugas kan bisa bayar diatas, seperti di Brussel. Setelah memastikan tidak terlihat CCTV, saya segera masuk melalui gate untuk pengguna kursi roda, yang mana tidak perlu memasukkan tiket untuk membuka portal. Untungnya, kereta saat itu penus sesak sehingga saya selamat ke tujuan tanpa membayar tiket.. Catatan: gate keluar stasiun di Roma tidak mengharuskan memasukkan tiket untuk membuka portal..


SMOKING

Larangan merokok di ruang publik memang belum sepenuhnya diterapkan di Uni Eropa. Namun, di Belgia, Perancis dan Italia, larangan ini sudah diberlakukan sejak 2011. Bahkan tempat makan dan bar sudah tidak diperbolehkan mempunyai ruangan merokok. Lalu, bagaimana jika kita ingin merokok? Bagi perokok berat, yang tidak bisa menahan hasrat, silahkan repot - repot keluar ruangan dan menghisap. Setelah selesai, silahkan masuk kembali ke tempat nongkrong anda. Repot memang, namun aturan ini cukup adil bagi anda yang tidak mau jadi perokok pasif..

Saat makan malam di Verona, saya dan host saya-Giuseppe harus mondar - mandir 3 kali untuk menikmari rokok di luar restoran. Dalam suhu 10 derajat, merokok di luar ruangan cukup menyiksa.. Namun, karena penasaran dengan rokok made in Italy yang digulung sendiri (rokok kemasan cukup mahal di Eropa), dingin sesaat tidak terasa. Alasan utama, saya perlu berdiri karena kepala terasa berat setelah beberapa gelas bir dan wine.. Malu berat jika saya tertidur atau pingsan gara - gara Tipsy..


Parahnya, di tempat - tempat umum seperti stasiun kereta , saya tidak menemukan smoking room. Saya sudah celingak celinguk untuk menemukan ruangan hangat ini, nihil. Secercah harapan muncul, saya menemukan banyak puntung rokok di jalur kereta api.. Ketika saya menoleh, ada tiang yang mengeluarkan asap.. Ahaa, ada om bule yang merokok sambil bersandar di tiang agar tidak terlalu kentara. Segera saja saya mencari tiang sejenis, dan melakukan ritual serupa.. Oh, indahnya Eropa..

Eropa memang negara yang disiplin, tapi manusia dimana saja sama, dilahirkan untuk membuat aturan dan melanggarnya sendiri.. Ha3x..
Read More »»»

Thursday, January 09, 2014

Euro Trip: More Than Just Traveling

Entah apa yang merasuki pikiran saya, khawatir kehabisan promo atau memang sudah sangat desperate, tiket penerbangan yang memakan hampir setengah gaji sudah terbayar. Pfuhhh, malamnya saya tidak bisa tertitur oleh kombinasi penyesalan dan perasaan excited yang muncul silih berganti. Yakin berani sendirian? Bisa cuti dua minggu? Apa gak umroh duluan aja?. Kun fayakun.. Mei 2012 saya telah mengambil satu langkah besar yang menjadi awal petualangan spektakuler tahun 2013 (lebay !!!). EROPA.

"A journey of a thousand miles must begin with a single step" (Lao Tzu)

------------------------
Do Anything for Europe..

Ditengah penyelesaian tugas akhir dan pekerjaan yang membosankan, tiba saatnya untuk mempersiapkan semuanya. Cobaan pertama dalam menyusun itenerary ke Eropa adalah memilih negara dan kota yang akan kita kunjungi. Gimana tidak, Visa Schengen memberikan akses ke lebih dari 26 negara yang semuanya cukup menarik, eksotik, dan pastinya ingin saya kunjungi.. DAMN.. Terlebih bagi yang punya waktu dan dana terbatas, memilih rute bener - bener penuh perjuangan. Berpuluh - puluh alternatif harus dipilih dan pilah untuk menentukan the best track. (Brrrr.. seandainya cuti dan dana tidak mengahalangi). Eitss..jangan senang dulu, rute yang telah tersusun masih harus di validasi. Percayalah semua akan berubah ketika gagal mendapatkan  transportasi yang sesuai budget.. Itulah seninya backpacker, dana terbatas tapi banyak maunya.. keep smile !!

Setelah itenerary ada, saatnya untuk berburu akomodasi. Memilih penginapan di Eropa sangat tricky. Harga yang murah bukan jaminan, karena lokasi juga berpengaruh. Apalah artinya kamar murah, kalo jauh dari obyek yang ingin kita kunjungi. Sama aja boong, karena akan menambah biaya transportasi dan tentunya waktu tempuh. Kepala semakin puyeng karena obyek wisata disatu kota/area relatif banyak dengan distribusi tersebar. Salut untuk pengelola pariwisatanya, apa saja dijual. Untuk itu, penting bagi kita menetapkan faktor apa yang diprioritaskan. Kalo saya, rekomendasi sesama backpacker di blog, Tripadvisor atau buku panduan menjadi perhatian tersendiri. Selebihnya, budget dan intuition lah yang berbicara.

Mengunjungi Eropa dalam waktu (tentunya dana) terbatas akan semakin cihuyy dengan mencoba hospitality lokal, salah satunya melalui Couchsurfing. Sebelum mengirim request, pastikan telah membaca dan memahami profil tuan rumah (host) dengan jelas. Di luar lokasi dan preferensi gender, cermati apa yang dipersyaratkan, kapasitas maksimal, berapa lama diijinkan, dsb. Agar mendapat respon, pastikan kita juga telah mengisi profil dan preferensi kita dengan jelas. Lebih membantu jika lokasi dan membership kita telah verified. Demi kesopanan, jangan lupa membawa cendera mata untuk host. Ada host yang menulis souvenir apa yang disukai, ada yang tidak. Gift yang umum antara lain magnet kulkas atau kaus etnic. Saya bahkan membawa Indo*ie, rendang kaleng, saus sambel pedas, dan kecap pedas untuk promosi makanan khas negeri tercinta. Ha3x..

Setelah semua itenerary dan akomodasi lengkap, saatnya menuju satu tahap terpenting, pengurusan VISA.. Perhatikan.. "visa harus di urus di Embassy negara dengan durasi kunjungan terlama".. Jika lama di masing - masing negara belum jelas, visa dapat di urus di negara pertama kali kita datangi.. Tenang, itenerary awal ini hanya untuk pengurusan visa saja, selanjutnya terserah anda dan biarkan angin membawa anda kemanapun di Eropa.. (Ha3x.. Pengalaman Pribadi). Beberapa kedutaan juga mempersyaratkan interview untuk pengajuan visa.. Lama proses visa juga tergantung kebijakan masing - masing embassy.. Pelajari.. (Saya mengurus di Konjen Belanda yang ada di Surabaya, visa akan kita peroleh setelah 7 - 10 hari kerja setelah interview)..

Winter is Back

Tiket murah seringkali memberikan konsekuensi yang tidak enak, musim yang tidak sesuai untuk kunjungan.. Kali ini, saya sebenarnya mendapatkan waktu yang pas untuk mengunjungi Eropa, early Spring.. Cuaca bakalan sejuk dan pastinya Tulip sedang bermekaran.. Sayangnya, climate change have been made longer winter, bahkan bandara Frankfurt ditutup karena salju, 1 minggu sebelum keberangkatan saya.. 

Sedikit mengubah itenerary, saya pun mulai mengubah kostum dan barang bawaan.. Rencana membeli winter coat ala kadarnya berganti dengan coat dan long-john yang harganya setengah harga tiket return saya.. Tak apalah, suatu saat pasti akan berguna lagi. Untuk sepatu, saya memutuskan tetap tidak memakai boot karena cenderung berat dan keras untuk jalan kaki di aspal. Saya memilih sepatu ringan dengan bagian samping tinggi ala boot.. Khawatir sepatu utama basah karena kehujanan, cadangan sneaker saya masukkan (terbukti berguna). Scarf pun saya membawa dua jenis, wool dan katun..

Semua bawaan saya masukkan kedalam sebuah backpack 45 liter yang akan masuk bagasi.. Barang - barang ringan dan penting saya pisahkan ke tas ransel kecil untuk masuk kabin. Topi, kacamata, kamera, buku bacaan, cemilan, obat-obatan ringan, ipod, dll... Lumayan untuk menemani perjalanan 16 jam sendirian.. Satu catatan, insert lagu - lagu kesukaan kedalam gadget, dan bawa minimal dua buku. Banyak pilihan tersedia jika kita merasa bosan..

Masalah barang bawaan ini memang harus mendapat perhatian besar. Ketinggalan salah satu benda kecil namun penting terkadang merepotkan dan menambah pengeluaran ekstra. Seperti bibir saya yang harus mengelupas karena melupakan lip balm. Akhirnya, saya terpaksa membayar 2 kali lipat untuk membelinya di Apotik setelah 3 hari bibir kedinginan..

Let's Fly.....
Next Destination: Amsterdam, Brussel, Mechelen, Antwerp, Paris, Milan, Verona, Venice, Rome..



-----
Read More »»»