Monday, December 27, 2010

Kep. Derawan : Full of Wonder...

Perjalanan paling nekat... Solo Flashpacker... Salah tante Trinity yang dalam Naked Traveller 2 selalu menggumbar keindahan daerah ini.. Hmmmm.. Derawan ?? Lewat Tarakan ?? Tarakan yang saya tahu hanya tentang seputar permasalahan perbatasan dan segudang masalah kesenjangan dan TKI nya (karena saya pikir Tarakan & Nunukan itu satu area.. ternyata saya keliru.. he3x..).


Dimanakah Surga Itu ??

Pulau Derawan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Indonesia (wikipedia). Akses menuju sana bisa dicapai melalui Berau ataupun Tarakan. Dua kota yang belum pernah saya singgahi, dan tak pernah terpikir akan kesana. Lalu saya mau pilih lewat mana ? Pertimbangan pertama pasti adalah dana dan berikutnya adalah lama perjalanan. Ternyata melalui dua jalur ini memerlukan perjalanan laut yang hampir sama. Karena tiket pesawat ke Berau lebih mahal, saya memutuskan menempuh penerbangan meunju Tarakan. Maklum backpacker..

Dengan pencarian satu bulan sebelumnya, penerbangan murah masih saya temukan (meski tetap lebih mahal dibanding tiket JKT - SIN sebelumnya). Tetapi tiket balik untuk pilihan waktu yang sesuai tidak tersedia, terpaksa ambil tiket ekonomi dengan harga paling mahal yang pernah saya bayar.. Tapi saya anggap wajar, secara 2 kali penerbangan.. ha3x.. Memang, selalu ada jalan kalo ada keinginan dan selalu ada alasan untuk pembenaran jalan-jalan.. :p

Rute Perjalanan

Sesuai kesepakatan dengan Mas Malik, sang guide tour, perjalanan di lakukan dalam 3D2N. So, saya berangkat dini hari dari Gresik menuju Tarakan via Juanda dengan transit di Sepinggan.

Walahhh, landasan Juwata International Airport, Tarakan adalah paling pendek yang pernah saya kunjungi (untuk saat ini tentunya).. Landing saat cuaca bagus dan pilihan nomer kursi yang tepat memberi pemandangan bagus nan mendebarkan.. Hanya berapa meter pesawat mendarat sudah laut (apa sungai yah...?).

Pilihan kursi saya pilih sesuai saran dalam salam satu blog yang menyarankan memilih nomor seat di bagian belakang dan tetntunya tepi cendela... (maaf blog apa buku siapa saya lupa..).. Alasan sederhana adalah karena tidak terhalang sayap pesawat sehingga leluasa menikmati pemandangan dari cendela. Alasan manusiawi lainnya adalah karena bagian belakang pesawat adalah bagian teraman saat terjadi kecelakaan, inilah alasan mengapa black box diletakkan di ekor pesawat...

Dari bandara Juwata, perjalanan berganti dengan jalur darat selama 15 menit menuju Pelabuhan Tanjung Batu.. Setelah sholat Jumat di salah satu masjid dekat pelabuhan, rute selanjutnya ditempuh dengan perahu cepat... wooow,,,

Setalah 2,5 atau 3 jam perjalanan dalam speed boat, kami tiba di Derawan. Alhamdulillah, peralatan mati gaya selalu saya bawa.. Ipod, dengan beberapa lagu baru yang saya sinsert sebelumnya...

Destinasi Terbaik..

Sesuai paket yang ditawarkan, pulau yang kami kunjungi adalah Derawan, Sangalaki, Kakaban dan Maratua.. Ini alasannya :

1. Pulau Derawan

Pulau inilah yang dijadikan base camp dalam tour ini. Karena mengambil paket luxury (libur akhir tahun kan ingin bersantai), saya menginap di cottage dengan pantai private... Pantai dan air lautnya sangat bersih. Cocok untuki berenang dan snorkle.. Banyak kunjungan penyu juga, di salah satu pantai penduduk (dekat cottage) ada penyu yang mendarat di pantai..

Suasana cukup ramai, dengan dominasi turis lokal dan travelling bersama keluarga.. Untuk paket hemat, penginapan dengan rumah panggung langsung diatas laut.. Lebih seru... Tapi karena sendirian dan alasan kenyamanan, pilihan cottage sangat memuaskan.. (sayang, kamar tidak ada isi dan signal kuat operator seluler saya tidak berdaya disini..)..

Satu yang terlewat disini adalah menyaksikan si hidung botol, lumba-lumba.. Hmmmm..Konon, di sekitar perairan pulau ini adalah lintasan permainan lumba-lumba. Pengalaman di Meru Betiri membuat saya memilih duduk dalam perahu selama dalam kapal.. Solo begini bisa berabe kalo sakit (tentunya saya sudah mengantisipasi dengan kotak P3K lengkap dalam ransel..). Hi3x...

2. Pulau Sangalaki

Pulau ini merupakan tempat penyu bertelur dan salah satu area penangkaran di bawah WWF. Dari cerita, terdapat permasalahan antara pengelola resort disana dengan pemerintah. Bekas cottage masih ada dan tak terawat.. Sedikit bersyukur, karena setahu saya Penyu Hijau memerlukan ketenangan agar mau bertelur.. Susah juga daya tahan hidup hewan satu ini, bayangkan dari 1,000 telur hanya ada 1 - 6 ekor saja yang akan tumbuh sampai dewasa. Kenunikan lain, sang penyu akan kembali di pantai yang sama ketika dia pertama di lepas untuk bertelur.. Meskipun dia sudah keliling ke laut manapun.. Tentunya menunggu 40 - 50 tahun saat dia memasuki masa bertelur... Amazingggg...

Keunikan lain, perairan pulau ini adalah habitat manta (ikan pari). Satu jam snorkle saya berharap menemukan sang burung air ini. Tapi nihil.. Mau bertemu bagiamana.. Dengan kemampuan terbatas dan bantuan life jacket, snorkling hanya berani di laut dangkal... Menyesal tidak segera ambil les renang... :p

Tapi bawah laut di tepi pantai Sangalaki juga sangat indah.. Aneka koral, anemon, dan ikan cukup membuat mata sedikit terpuaskan.. Bisa jadi alasan agar kembali lagi untuk berjumpa sang manta.. I'll be back,....

3. Pulau Kakaban

Bagi saya, inilah alasan utama saya ke Kep. Derawan. Danau Kakaban dengan ribuan jelly fish-nya adalah pesona utama yang mendorong saya nekat mengatur jadwal travelling kesini..

Kenyataannya ?? Tak terkatakan sensasinya.. halah... Snorkle diantara ribuan atau malah jutaan ekor ubur-ubur tak berbahaya serasa mandi cendol.. Geli-geli mantab... Ha3x... Di danau ini, saya tidak menjumpai ikan sama sekali.. Mungkin mengungsi karena penggusuran ubur-ubur ini. Pasti sponge bob dan patrick akan senang di sini. Ha3x....

Selain itu, danau ini memberikan nuansa tersendiri bagi saya.. Mengingatkan saya dengan laguna sempu..
Satu kesalahan info, entah dari buku tante Trinity atau darimana datangnya.. Dikatakan air disini tawar, kamprettt.. asinnnnnnn...


Bagi yang beruntung akan melihat 3 - 4 macam jenis jelly fish yang berbeda.. Saya yang tidak beruntung hanya melihat satu jenis... Ha3x... Dorongan berikutnya agar belajar renang... Meningkatkan kemampuan snorkeling dan selanjutnya belajar diving...

Meski lendir ubur-ubur ini tidak berbahaya bagi kulit, jangan sekali-kali mencoba melakukan kebodohan mencium mahkluk lucu ini.. Ha3x.. Kecuali siap dengan akibat yang menimpa rekan saya yang gemes.. Bibir akan terasa terbakar dan perih.. Mungkin lendir ini akan memberikan efek yang sama pada bagian kulit yang sensitif lainnya..

4. Pulau Maratua

Pulau ini terletak di Kec. Maratua diluar Kec. Derawan. Disini katanya terdapat diving spot yang indah. Resort disini dikelola bule dengan tarif yang lebih mahal dibanding pulau lain. Kata sang tour guide, cocok banget buat honey moon dan diving course.

Saya sempat menyelusuri sebagian kehidaupan warga di pulau ini, saat saya mencari masjid untuj sholar dhuhur. Sebagai kecamatan, pusat pelayanan publik banyak saya temukan. Sekolah dasar, kantor urusan agama dan pusat layanan internet kecamatan.

Untuk alam bawah air, Maratua memberikan lebih banyak keindahan terhampar. Pada perairan dangkalnya, lebih banyak jenis ikan yang ditemui dengan aneka warna. Rekan-rekan saya beruntung menemukan ikan dengan ukuran besar. Sekali lagi, keterbatasan kemampuan dalam dunia ir membuat daya jelajah saya terbatas.. huaaaaa...

Seharian mengelilingi ke-empat pulau ini cukup menyenangkan. Tidak terasa kelelahan fisik sama sekali, baru terasa saat istirahat malam.. Badan dan kaki pegal dan sebagian tubuh perih karena lecet terkena terumbu karang..

Sambil menunggu makan malam, saya menikmati keindahan pantai Derawan dengan membaca buku dan mendengarkan musik di hembusan angin sore... Kedamaian seperti ini sangat didambakan oleh para pemuda yang seringkali diperbudak keinginan akan sesuatu..

Sejenak di Derawan memberikan pengalaman, teman, semangat dan tambahan kesadaran baru. Kebesaran paham, kekuatan ekonomi, kemajuan teknologi negara manapun tak akan mampu menandingi keindahan alam-mu.. Indonesia...

Photos are taken by MyCanon and from My Guide Tour - Maliq..



Read More »»»

Tuesday, November 30, 2010

Singapura : Enjoying Fine City..

Kata orang, jalan-jalan ke Singapura tidak ada istimewanya kecuali belanja. Bagi saya, perjalanan kemanapun akan memberi keistimewaan sendiri. “Not the destination, but the journeys”.

Why must we be there ?


Setelah pasport jadi, target pertama adalah jalan-jalan ke Singapura. Kenapa ? Sederhana saja alasannya (1) banyak penerbangan murah dari dan kesana dari Indonesia (2) kata orang negaranya teratur sehingga gak bakalan nyasar untuk pemula (3) hanya perlu 2 hari untuk menjelajahi negara ini (malah butuh waktu lebih lama untuk menjelajahi Surabaya..) (4) ada teman jalan dan cuti yang pas..


Persiapan dilakukan dengan berbagai panduan dari para blogger dan senior backpacker. Sedikit modal dengan membeli buku referensi.. Keputusan tepat... Sangat membantu :p


How can we go to there ?


Ratusan penerbangan harian dengan puluhan maskapai melayani penerbangan INA – SIN dengan berbagai daerah di Indonesia. Termasuk pulau keberagaman harga. Satu yang berbeda adalah menggunakan feri dari Batam (semoga nanti ada dinas kantor kesana melalui Batam.. he3x..). So, kita hanya perlu mengatur pilihan dengan penyesuaian budget dan waktu yang tersedia.

Saya mendapat tiket murah satu bulan sebelumnya, dengan harga hanya Rp. 467.000,- untuk JKT - SIN pp. Meski untuk SBY - JKT pp saya harus membayar lebih mahal, Rp. 750.000,-. (Tetap bersyukur, karena masih bisa mengikuti satu session kuliah... sehingga aman untuk memenuhi kuota ujian..)..


When must we go to there ?

Jawabannya sederhana, kapanpun.. Semua tergantung tujuan kita.. Jika seperti saya, hanya just seigt seeing, perjalanan ke negeri singa bisa dilakukan kapanpun.. Tiket murah, jadwal tersedia dan teman jalan yang asyik langsung membuat perjalanan ini terlaksana.

Untuk yang punya tujuan tertentu, perlu penyesuaian khusus untuk melakukan kunjungan. Tentunya perlu dana tambahan, karena event tertentu terkadang diikuti dengan kenaikan harga yang signifikan pada beberapa maskapai penerbangan. Namanya juga pedangan, memanfaatkan momen untuk keuntungan tambahan adalah sah-sah saja.

Bagi yang doyan shopping atau pengen ke event khusus, hanya perlu disesuaikan saja dengan jadwal great sale dan kalender eventnya.Kapan itu ?? Yah silahkan dicari di google. Tapi jangan kuatir, info nya pasti bergaung penuh di Indonesia.. ha3x.. Secara, negeri ini adalah salah satu market utama mereka..

<-- Soeltan Mosque


What are the special things ?

Negara ini memberikan pilihan hiburan dan kesenangan. Pembangunan Resort World Sentosa dengan Universal Studio dan Casino-nya. Marina Bay dengan bangunan unik berbentuk kapal yang katanya juga merupakan sebuah Casino. Berbagai mall dengan barang branded di Orchard. Tetapi, bagi saya beberapa point menarik tentang negara kota ini :


x. Kemasan..

Sesuatu yang biasa saja menjadi sangat istimewa ketika mereka mampu mengemasnya dengan baik. Merlion, Rafles Statue, Singapore Flyers, dan bahkan Sentosa Island hanyalah sesuatu yang sangat biasa. Dengan pengemasan sempurna, semua itu menjadi “terasa” istimewa.

Song of The Sea @ Sentosa Island -->


x. Fine City..

Tentang keteraturan negara ini, saya sudah membuktikan sendiri. Sistem transportasi massalnya benar-benar mantab.. Two thumbs up.. Jadwal yang tepat waktu, bersih, aman, jangkauan luas dan sistem pembayaran yang mudah. Ha3x..tapi keteraturan ini memang harus di tebus dengan "sedikit" pengorbanan. Banyak sekali peraturan dan denda.. Makan dalam public transport, membuang permen karet, merokok, membawa binatang dan meludah sembarangan harus dibayar dengan dollar. Tapi saya setuju, demi kepentingan umum, aturan semacam ini tidak ada salahnya.. Meskipun jadi pertanyaan, disiplin mereka karena "aware" atau karena "fear".. Ha3x.. Singapore is trully fine city..


Where we must go in there ?

Semua orang pasti menyarankan mengunjungi Patung Merlion sebagai icon dan lambang negara ini.. Hmmmm.. Sunah muakad menurut saya (bukan wajib..). Agar afdhol. Tapi menjadi woth it karena banyak obyek lain didekatnya. Esplanade, Rafless Statue, Victoria, One Fulerton dan Wealth Fountain.

Hal yang manarik perhatian saya adalah keragaman corak budaya di kawasan suatu etnis tertentu. China Town dengan berbagai barang made in tiongkok, mulai makanan kering, obat-obatan, pakaian dan berbagai souvenir. Litle India dengan Mustafa Centre dan musik Hindustan yang mengajak bergoyang dan dimainkan dengan suara sangat keras.. Serta kawasan Bugis dengan pasar malamnya yang ramai mulai souvenir dan bahan makanan.

Bugis in thE Night -->


Dari tiga area budaya berbeda tersebut, satu yang paling menyenangkan adalah kebergaman kulinernya yang patut dicoba. Berbagai pilihannya sangat memanjankan perut saya yang terasa tak pernah kenyang.. Hahahaha... Pertemuan berbagai budaya ini terlihat juga dalam penyesuaian pada menu makanan agar dapat diterima oleh lidah secara universal. Citarasa melayu, hindi dan tiongkok menjadi sebuah citarasa baru yang sangat saya nikmati, meskipun mengorbankan sedikit ciri khas masing-masing.


Nasi lemak, chicken rice, briyani dhoom dan laksa menjadi makanan pokok. Popiah, carrot cake, uncle ice cream dan aneka gorengan menjadi cemilan pelengkap jalan-jalan. Tapi jangan berharap gorengan seperti bakwan, dadar jagung, tahu dan cireng bias kita temui. Namanya gorengan disini “lebih bergizi” seperti chicken wings, udang, calamari dan sosis..


^ Vegetable Laksa @ Kopitiam




----------------------------------------------------------------------------------------
How about Backpacker ?


Travelling saya lakukan dengan semi backpacker (atau ada yang nyebut flashpacker). Dengan modal berlebihan (500 SGD), ternyata hanya saya gunakan kurang dari 150 SGD diluar penginapan yang sudah dibooking sebelumnya oleh partner jalan saya. Pembelanjaan utama hanya makan dan sedikit souvenir dan oleh-oleh. 39 SGD saya pake untuk sandal nike di Orchard karena kaki saya sudah bengkak dan sepatu yang kesempitan.. (so, gunakan alas kaki yang nyaman.. ;p )


Penginapan


Untuk akomodasi, biaya dapat kita siasati dengan memilih hostel murah yang mampu terjangkau dengan sistem transportasi. Di Singapura cukup banyak hostel yang tersebar di area Bugis dan China Town. Jika ingin lebih berhemat dalam biaya penginapan, tips yang sudah kami praktekkan ini dapat dicontoh. Menginap di Changi Airport. Tiket murah sering dibarengi dengan jadwal penerbangan yang tidak bersahabat. Penerbangan sangat malam atau terlalu pagi sudah biasa.


Saat kedatangan, kami tiba di Changi pukul 23.30 waktu setempat. Mau langsung ke hostel, rugi banget. Ditambah dengan transportasi yang sudah tidak ada, kecuali taxi dengan surcharge jam malam.. haduhh.. So pilihan jatuh dengan “mbambung” di transit mall. Jangan takut, banyak teman senasib dan full entertainment. Internet, Refleksi kaki, cinema & games 3D dan free drinking water.


<-- Double Bed @ ABC Backpacker Hostel c/w AC + Breakfast (55 SGD/night/2 person)



Sedikit ketidakberuntungan adalah saat akan kembali ke Indonesia, kami dating ke bandara jam 11 malam dengan harapan segera check in dan masuk ke transit mall. Ternyata counter masih tutup, ya iyalah..pernebangan kan masih besok jam 6 pagi.. Tapi, dengan sedikit nekat kami tidur di kursi-kursi depan area check in dan sekali lagi banyak teman senasib.. ha3x.. ? Jam 4.30 bangun dengan punggung pegal dan berjalan sambil ngantuk ke counter check in dan imigrasi untuk pindah tempat tidur ke transit mall sampai 5.30..


Air Minum


Untuk penghematan kedua adalah air minum. Kenapa air minum ? Pertama karena saya hampir tidak bisa untuk berhemat dengan makanan.. Kedua, harga minuman disini mahal dan saya kalo minum seperti onta.. Cuaca disana cukup terik ditambah banyak jalan kaki.. ha3x..


Air mineral disana saya katakan sangat mahal. Botol 600 ml air mineral dari Indonesia dengan proses 27 kali penyaringan (tahu kan meski tak sebut merk) beraharga 1 dollar untuk kemasan 600 ml.. Alamak.. Air mineral gratis hanya saya temukan di Changi (di hostel hanya disediakan air panas)...


Air mineral termurah yang saya temukan adalah di Guardian, hanya 95 sen untuk 2 botol @ 600 ml. Alternatif lain adalah teh botol Heaven & Earth (sebut merk gpp lah.. produksi CocaCola Company.. pasti familiar lah dengan merk yang di Indonesia) seharga 2 dollar untuk 2 botol (promo) di 7Eleven..


Sedikit tips makan disana,jangan pesan minum (wajar dilakukan oleh orang lokal).. Terbukti saat makan di resto India, harga main course dan jus mangga sama.. 5 SGD.. Edyannn....

Teh Tarik @ Koufu Food Court, Palawan Beach --->


Kunjungan pertama saya pada 17 - 20 November 2010 cukup nyaman, kalo ada ketidaknyamanan lebih dikarenakan saya yang selalu menghemat budget. Ha3x..

Selamat Tinggal Singapura… C..U.. Next Time (kalo ada gratisan.. ha3x,...)


Cinta Indonesia pasti.. Tetapi mengakui dan menghargai keberhasilan negara lain juga wajib. Kemana dan kapan lagi negara ini harus berkaca jika tidak saat ini dan dari dekat kita sendiri.

Read More »»»

Monday, October 18, 2010

The Pines : Travelling in the Beginning of Study


Setelah "the long & winding road" ke Sempu, kegiatan saya hanya diwarnai dengan pekerjaan kantor di weekdays dan matrikulasi kuliah di weekend. Kemungkinan untuk travelling atau jalan-jalan semakin tipis karena sudah memasuki bulan puasa. Sebagai alternatif, travelling selama puasa dialihkan dengan rute mall 2 mall. Tepatnya hanya di antara dua buah mall, TP dan Sutos.. Tentunya, hal ini sebagai pemuas kebutuhan untuk bersosialisasi di luar kesibukan kantor dan kampus. Hmmm...


Kesempatan travelling datang lagi ketika kampus memutuskan untuk mengadakan kegiatan outbound sebelum memulai perkuliahan. Ahh..akhirnya, ada lagi namanya wiken dan liburan tanpa mengorbankan kuliah. Sekali dayung dua pulau terlampaui..

Tempat yang dipilih adalah di The Pines yang berada dalam komplek perumahan Taman Dayu. Terletak di dalam hutan pinus yang bersih dan rapi dengan rumah-rumah pohon yang memberikan suasana baru bagi kami yang sudah dibilang merupakan orang kota (kalo saya berasal dari desa juga..he3x..).

Bagi saya, kondisi rapi ini sedikit mengurangi kesan natural sebuah hutan. Hutan alami dipenuhi beberapa vegetasi yang beraneka ragam mulai dari tanah, tenaman perdu, ilalang liar, pohon besar dan tanaman epifit. Suara para satwa penduduk hutan juga tidak terdengar, bahkan tidak terlihat satupun. Satu yang paling saya rindukan adalah aliran sungai dengan suara khas-nya yang segar. Sayang, sungai disini kering tanpa air yang mengalir deras..
Apapun kondisinya, alam dengan segala jenis kondisinya sangat indah untuk dinikmati.....

Semua kegiatan dilakukan secara kelompok dengan maksut untuk meningkatkan kerjasama tim. Kami yang pada awalnya tidak terlalu antusias menjadi bersemangat tatkala setiap tim mulai menunjukkan eksist
ensinya. Tim terbaik dalam setiap games akan mendapatkan bintang dan tengkorak dianugerahkan untuk tim yang menjadi juru kunci.

Sayang, hari pertama ini terpaksa semua kegiatan dilakukan dalam Bale Segowo karena hujan turun dengan lebatnya. Salut untuk tim The Pines yang punya beragam alternatif games yang menghidupkan suasana dalam segala jenis cuaca... Mantebbb.. Adu yel-yel, permainan konsentrsi berhitung dan permainan kecepatan menangkap dan menghidar mampu menaikkan aura kompetisi memperebutkan supremasi tim bintang terbaik...


Malam harinya, acara keakraban tentu saja tak lepas dari electone, menyanyi dan jagung bakar. Memang, malam yang dingin akan berubah menjadi hangat dengan musikyang mengajak bergoyang. Beberapa sumbangan suara memang menunjukkan bakat terpendam sebagai musisi, tapi yang lain hanya bermodal semangat untuk meleburkan suasana. Sippp.. Musik memang bahasa universal....

Malam makin panas dengan goyangan poco-poco yang memaksa kami yang duduk manis menahan dingin ikut serta bergerak mengikuti irama.. He3x..

Setelah bosan dalam ruangan, kami ikut bergabung dalam api ungun dari rombongan touring yang berbaik hati menawarkan kita untuk bergabung. Nilai inilah yang sejak dulu saya hargai dari sesama traveller, selalu ramah dan bersedia berbagi dengan sesama... Ahhh, indahnya dunia kalo kita semua mau berbagi dengan sesama...

"People is psichologically die if they don't give benefit for other human being" (Mike Tyson)

Merasakan tidur dalam rumah pohon untuk pertama kalinya memang memberi pengalaman yang berbeda. Tanpa peralatan elektronik yang membuat kita manja memang kurang terbiasa akan tetapi membuat tidur makin berkualitas dan berkontribusi memberikan kesegaran keesokan hari. Kenyataan bahwa terdapat tokek di kamar kami ula di kamar tetangga tidak mengkhawatirkan kami.. Toh mereka lah yang menjadi penghuni awal hutan ini, kami manusia lah yang pendatang.. Tapi terkadang kita egois mengusir mereka yang menghuni alam ini pertama kalinya.. Peringatan kepada kita agar selalu menjaga harmony dengan alam dan segala yang menjadi penikmatnya.

Hari kedua, suasana cerah diawali dengan jungle track dalam jalur yang relatif singkat tetapi cukup memberi kejutan pada tubuh yang biasa dimanja dan tidak banyak bergerak.. Ha3x.. Napas tersengal-sengal dan kaki pegal banyak dialami oleh kami yang memang jarang mengolah raga..

Flying fox, kata simon, banzai - katana, waterfall, pipa air dan spiderwall cukup membuat pikiran dan fisik berkoordinasi. Strategi kelompok, kekuatan fisik dan tentu saja konsentrasi masing-masing tim menjadi kunci utama setiap permainan.. Serasa menjadi anak kecil kembali, hormon greylin keluar membawa rasa rileks bagi tubuh dan pikiran..

Selesai semua kegiatan, kami semua harus siap kembali ke dunia maisng-masing. Sebuah semangat baru kami peroleh untuk mengahdapi serangan rutinitas yang terkadang terasa jenuh dan membosankan.. Tetapi sekarang kami berkata : kami siap menyambut semester satu....

Picture are taken & edited by my MM fren : Andrie Y..
Log & maps from The Pines website..

Read More »»»

Tuesday, July 27, 2010

Sempu : The Long & Winding Road..

Memang, perjalanan ke Pulau Sempu ini adalah rekor terpanjang sampai saat ini. Bukan dalam artian jarak yang ditempuh, melainkan terkait dengan jauhnya jarak pelaksanaan dan perencanaan. Sudah sekian lama dan sekian banyak rencana, saya sendiri lupa tepatnya, namun selalu berakhir dengan pembatalan dan penundaan dengan berbagai alasan.
-----------------------------------------------------------------------

Sedikit nekat, mungkin hal ini sesuai utuk menggambarkan keputusan saya untuk mengakhiri rencana panjang itu. Pertama, saya memutuskan hanya dalam waktu singkat, dengan membatalkan rencana ke Sempu (pada minggu berikutnya) dengan teman-teman saya, karena saya tidak mau mundur lagi. Lebih baik sekarang.. (maaf teman-teman, saya kurang yakin dengan niat kalian. Ha3x..). Kedua, saya berangkat bersama partner yang secara emosional kami belum saling mengetahui, hanya melalui dunia virtual.. Virtual Friends..


Bersama teman (meski belum 24 jam kenal), perjalanan diawali dini hari (04.45) dengan kereta api. Rute Sta. Gubeng (Sby) – Sta. Kota Baru (Mlg) kami tempuh dalam waktu 150 menit lebih. Kemudian, kami lanjutkan dengan Angkot Biru menuju rendezvous point di Term. Arjosari. Ternyata, kedua rekan perjalanan kami dari Pandaan ternyata adalah kakak angkatan kuliah bersama istrinya, yang kebetulan istrinya adalah mantan atasan teman saya..

Dunia memang sempit...


Keberuntungan memang selalu bersama rombongan kami, dalam keberangkatan begitu banyak kemudahan kami terima. Kendaraan umum yang selalu kami peroleh dengan mudah, orang-orang di angkutan yang ramah, dan harga yang kompetitif. Memang, ada sedikit kebosanan saat kami harus menunggu keberangkatan Angkot Pasar Turen – Sendang Biru. Tapi, hati yang riang dan pikiran yang positif (sedikit negatif tentunya. He3x..) selalu menemukan cara untuk menikmatinya. Makan bakso Malang memberi kesegaran baru dan pastinya mengisi perut yang selalu lapar... Ha3x..

Dari cerita, rute darat terakhir ini melalui 130 tikungan, baik kecil, sedang ataupun besar. Tapi, saya yakin semua penumpang tak akan sanggup menghitungnya, mengingat kondisi angkot yang berdesakan.
Hmmm.. Dewi Fortuna masih ikut bersama tim kami. Dengan simbiosis mutualisme dalam dana, kami sepakat bergabung dengan rombongan lain untuk menyewa perahu penyeberangan, dengan bonus tidak perlu repot mengurus perijinan, dan kami yakin taak ada kata “ijin” yang gratis di negeri ini..

Rintangan terakhir setelah penyeberangan adalah hutan hujan dengan jalan setapak di bawah rimbunan pohon. We are the lucky team. Dari referensi teman, kondisi jalan ini terkadang berlumpur tebal sehingga memerlukan waktu 2 jam lebih. Tapi, kami dengan 1,5 jam sudah mencapai pusat keindahan dengan aman terkendali.


Sebelum menikmati semua keindahan, kami mempersiapkan tennda dan tak lupa memasak bahan pangan yang kami bawa. Berenang, berjemur, mendengarkan musik, membaca dan mengobrol terasa sangat berbeda disini. Suasana yang tenang,
suara ombak lautan lepas yang menembus celah karang, kokohnya tebing yang hijau dan udara segar dapat dengan bebas untuk dinikmati.

Sempat saya berkata kepada teman saya, suasana ini akan makin enak dengan minum kopi dan semangkon bakso hangat. Bakso ditengah pulau terpencil ?? Siapa takut, karena tanpa terduga rekan kami dari Pandaan membawa bahan-bahan masakan untuk bakso.. Nikmatnya dunia.. Ha3x.. (Parasit memang...)

Setelah menghabiskan malam dengan santai, kami beristirahat untuk mempersiapkan tenaga untuk kembali besok, ah kenapa waktu selalu terasa berputar cepat. Perjalanan pulang terasa lebih ringan, meskipun hati kami merasa berat. Setelah sampai di Sendang Biru lagi, kami akhiri perjalanan dengan belanja ke Tempat Pelelangan Ikan untuk kemudian menikmati ikan bakar dengan bantuan warung disekitar pelabuhan.. Ikan Tuna dan Ikan Lamadang..

Perjalanan panjang nan singkat ini memberi saya banyak teman dan pengalaman baru. Tak lupa memberi pelajaran untuk memelihara alam, denga cara paling sederhana.. Buang Sampah Pada Tempatnya...

Wassalam..

(picture taken from Camera of Yusuf - my new friends)

Read More »»»

Monday, July 26, 2010

Lombok.. Gift for my B'Day

Hanya dalam waktu singkat, saya memutuskan untuk bergabung dengan teman-teman dalam Lombok Trip pada 27 - 31 Mei 2010. Keindahan Lombok (dalam bayangan saya) dan keinginan menikmati liburan di tempat baru, membuat saya melupakan kelelahan fisik saya 2 minggu sebelumnya ketika ke Meru Betiri. Ah, kelelahan mental lebih mengkhawatirkan.

Keputusan paling berat adalah ketika saya membatalkan rencana perayaan Ulang Tahun saya dengan pacar tersayang, tapi saya percaya, hanya dia yang mampu memahami saya. Maaf yah sayangku.. Luv u...


Sesuai dengan kesepakatan, saya dan teman dari Gresik berangkat Kamis malam melalui Juanda menuju Denpasar. Sayang sekali, maskapai kebanggaan nasional ini terlambat 2 jam, sehingga rencana untuk makan malam di Jimbaran menjadi berantakan. Dimana, kami berdua adalah kloter terakhir, kloter sebelumnya dari Bali, Jakarta, Dumai dan Mojokerto sudah menunggu di bandara. Maafkan kami, apa daya kami tak punya jet pribadi.. Ha3x..

Akhirnya, kami sepakat melanjutkan perjalanan dini hari itu juga. Dengan diiringi gerimis mengundang, mobil carteran bergerak cepat menuju Padang Bay. Seperti kebanyakan angkuran penyeberangan feri di negeri tercinta, kondisi kapal cukup dibilang ”tidak layak”. Masalah utama adalah calo, kebersihan kapal dan ketepatan jadwal. Namun, dengan sedikit tambahan ”modal”, kami mendapatkan sedikit fasilitas lebih untuk menggunakan kamar tidur kapten dan ABK. Memang, saya salut dengan kecerdikan orang untuk memanfaatkan peluang.. Ha3x...

Setelah merasa cukup beristirahat, kami keluar menuju anjungan kapal untuk mencari kesegaran udara dan kehangatan pagi. Pemandangan yang tersaji cukup membuat rasa lelah makin berkurang, sebentar lagi kami sampai di tujuan kami.. Pelabuhan Lembar..

Tanpa buang waktu, dari Lembar kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Bangsal. Tanpa sarapan, tanpa mandi. Sedikit kesalahpahaman terjadi, kami yang ”dengan sok gaya” menyewa kapal private untuk menyeberang ke Gili Trawangan, malah tertipu calo. Kapal kami tidak kunjung datang, akhirnya dengan rasa dongkol kuadrat kami putuskan untuk menggunakan public boat. Wah, ternyata ini keputusan yang baik. Dari obrolan dengan sesama penumpang kami mendapat cerita dan gambaran keindahan Gili Trawangan, plus bonus Rinjani, Rinca dan Sumbawa. Ah.. waktu kami tidak akan cukup untuk menjangkau semua itu.

Gili Trawangan menawarkan segala keindahan dan kenikmatan dunia. Kami bebas menikmati keindahan alam baik di langit, darat, laut dan dalam laut. Pasirnya yang putih bersih, warna air laut yang kontras dan sangat indah, pemandangan bawah lautnya yang bagi saya sungguh menakjubkan dan udaranya yang segar. Untuk beberapa orang, tawaran kenikmatan ini akan diberi tambahan keragaman makanan laut dan yang pasti pesta pora. Semua adalah pilihan..

Sunset, snorkeling, sight seeing & shopping seharian cukup membuat kami puas. Dan tak lupa malamnya kami lewatkan dengan menikmati suasana makan malam di tepi pantai yang indah. Ah, seandainya tak ada kejadian yang menyebalkan itu. Bagiamana kami tidak diterima masuk di suatu restoran. Hello, kami orang Indonesia, mampu bayar bro.. Gila saja, bagaimana mereka memandang sebelah mata kepada sodara sebangsa nya sendiri, Apakah ini keramahan lokal yang selalu kita banggakan. Sudahlah, saya orang Indonesia, menghargai sesama dan persepsi orang..

Perjalanan kembali terasa lebih berat, karena kami masih mau lebih lama untuk disini. Tapi, kami memang harus segera beranjak untuk melanjutkan perjalanan dan kembali ke dunia nyata.

Rute panjang saya lalui untuk kembali, setelah penyeberangan ke Bangsal, kami lanjutkan dengan mencari hotel di Senggigi, jalan-jalan malam di Mall Mataram dan menikmati makan malam khas Lombok, Ayam Taliwang. Keesokan paginya, kami lanjutkan ke Bali melalui Lembar. Ombak yang lumayan tinggi membuat penyeberangan terlambat, pengaturan waktu yang salah membuat nasib naas bagi kami, terlambat untuk menyaksikan Tari Kecak di Uluwatu. Akhirnya kami menghabiskan sisa waktu di Bali dengan mengunjungi Pantai Kuta dan Discovery Shopping Mall. Sebelum kembali ke Surabaya, pagi harinya kami sempatkan untuk belanja oleh oleh...

Perjalanan ini memberi saya pelajaran untuk tidak lupa merencanakan perjalanan dengan lebih matang. Bukan hanya biaya, tapi semua yang berkaitan dengan perjalanan saya..

Selamat Tinggal Lombok & Bali, saya akan kembali nanti.


(picture : taken from my trip partner Ganda)
Read More »»»

Sunday, May 16, 2010

Meru Betiri : Perjalanan ke Ujung Wetan

Ketika kesempatan datang, jangan pernah kita menolaknya. Seperti itulah prinsip dasar saat datang tawaran untuk melakukan perjalanan ke Ujung Wetan pulau Jawa (aka Banyuwangi). Tergoda dengan promosi teman tentang keindahan dan pesona alam yang masih asli di Taman Nasional Meru Betiri semangat langsung timbul, meski ditengah kondisi badan yang kurang fit karena begadang selama beberapa hari. Petualangan ke tempat baru memang sulit untuk di tolak..
 
Jam 12 malam, saya yang hanya modal ngikut dan percaya penuh dengan teman-teman berangkat dari Surabaya bersama rombongan yang berisi 5 orang. Suasana yang gerimis semakin membuat nyaman di sepanjang perjalanan. He3x.. Thanks yang sudah ikhlas buat nyetir selama perjalanan. Setelah menempuh perjalanan selama 9 jam dengan perubahan jalur karena ada jembatan roboh, akhirnya sampai juga di obyek yang pertama Pantai Rajegwesi.

--> Pantai Rajegwesi masih alami dengan pemandangan bukit dan karang yang bersebelahan dengan kampung nelayan. Konon, dahulu di di pantai ini terdapat perkampungan besar, tsunami tahun 1994 memporakporandakannya. Sekarang yang terlihat hanya kampung nelayan kecil dengan beberapa rumah dan warung. Dari Rajegwesi rombongan kembali ke Kantor Jagawana di Desa Sarongan, karena perjalanan ke obyek berikutnya mengharuskan kita berganti kendaraan untuk trek yang ekstrim.
 
Adrenalin yang memuncak membuat saya memilih untuk naik diatas mobil 4WD yang kita sewa, tanpa tahu jarak dan medan yang akan ditempuh. Lupakan jalan aspal yang mulus, aspal yang terkikis hujan hanya menyisakan bongkahan batu besar dan jalan tanah yang becek dan licin. Saya yang masih bersemangat tetap mencoba bertahan di atas mobil meskipun pantat dan kaki sudah kesakitan karena guncangan mobil ketika melalui jalanan berbatu.

Perjalanan makin panjang karena jembatan yang baru selesai dibangun (belum diresmikan) roboh, jadi harus memutar untuk menyeberangi sungai. Perjalanan yang hanya beberapa kilo ini akhirnya harus ditempuh dalam 2.5 jam. Dalam perjalanan ini kami melalui hutan hujan (dengan vegetasi beragam yang pasti membuat senang ahli tanaman) dan perkebunan PTPN XII yang berdampingan dengan Taman Nasional. Terdapat beberapa jenis tanaman industri seperti karet, kopi, kakao dan tanaman pagar seperti jarak pagar dan jati. Di area hutan kami menemukan beberapa binatang yang bercengkerama bebas, seperti merak, monyet, budeng (sejenih monyet, tetapi berwarna lebih gelap), biawak, dan ayam hutan.
 
Setelah sampai di penginapan, kita mandi, makan dan bersiap untuk acara selanjutanya nanti malam. Permasalahan mulai muncul, saat bangun tidur badan saya demam.. O..la..la.. badan yang sudah lama dimanjakan tanpa aktivitas olahraga ini berontak, kecapekan atau apalah sehingga suhu tubuh naik dan semua badan terasa pegal. Setelah minum obat penurun demam dan tidur tambahan sambil menunggu panggilan dari guide, keringat mulai menetes untuk menyeimbangkan suhu badan dan Alhamdulillah badan sudah sedikit fit meski tidak 100 persen.

 Setelah sabar menunggu dalam kegelapan Pantai Sukamade, akhirnya kita berhasil mengamati proses bertelurnya penyu yang unik, bersama para bule yang kelihatan sangat interest untuk mencatat, bertanya dan mengabadikan momen itu. Dari penjelasan guide dalam bahasa inggris yang fasih, dalam sekali bertelur penyu ini menghasilkan kurang lebih 100 buah telur, sayangnya dari 1,000 telur ini hanya 1 ekor yang akan bertahan sampai dengan dewasa. Seleksi alam secara alamiah dari predator dan kebodohan ulah manusialah penyebabnya. Menarik untuk diketahui, bahwa penyu yang dilepas di pantai ini suatu saat pasti kembali lagi kesini untuk bertelur. Amazing.. Mengingat mereka akan bertelur setelah usia 25 - 40 tahun.

 
Sayang, besoknya saya terpaksa menyerah dengan kondisi sehingga tidak bisa ikut melepas tukik (anak penyu). Karena kena angin laut semaleman, demam makin parah sehingga saya hanya bisa melewatkan pagi dengan tiduran di kamar sampai persiapan perjalanan pulang. Perjalanan pulang terasa sedikit lebih baik, karena saya dengan kondisi badan abnormal diberi previlege untuk duduk di samping sopir, sehingga bisa puas menikmati perjalanan meskipun lebih banyak saya habiskan dengan tertidur dengan badan panas dingin.

Sebenarnya dalam rute ini ada beberapa obyek yang bisa kita singgahi, kami memilih mampir ke sebuah pantai yang terlihat sangat menarik dari atas tebing, Teluk Hijau (Green Bay) namanya. Perjalan kesana kira-kira hanya 1 kilo meter dari parkir mobil, tapi medan yang ditempuh sangat berat dengan lereng curam dikelilingi jurang. Tetapi perjuangan saya tidak sia-sia, pantainya sangat menarik dengan dua karang yang menghalangi dengan celah kecil, pantai berpasir putih bersih dan air terjun yang menghiasi. Ah,,,, Segarrr..
 
Masih ada beberapa obyek yang belum kami singgahi, Peace Bay, Gua Jepang dan Bunga Raflesia, hanya waktu liburan lah yang membatasi. Tak lupa dalam diri kami berharap, semoga keindahan ini akan selalu terjaga sehingga generasi kita, anak kita bahkan cucu kita akan dapat menyaksikannya.
 
Perjalanan ini bagi saya mengingatkan agar lebih menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga, menghindari terulangnya peristiwa memalukan jatuh dari kursi di warung makan karena badan yang tiba-tiba melayang lemas, diiringi suara piring pecah dan beberapa botol minuman soda yang berjatuhan. Hahahahha..
Salam..

Read More »»»