Thursday, August 25, 2011

Mudik Lebaran

25 hari sudah Ramadhan berlalu euy.... Siapkan diri untuk mudik. Rutinitas tahunan yang selalu membuat excited, tapi juga membuat puyeng kepala. Ngatur cuti, cari transportasi, oleh-oleh, atur jadwal di kampung dan seabrek kesibukan kecil lainnya.. Bagi saya-single, THR lumayan, kampung dekat dan cuti terjamin (maklum kantoran, gak perlu nyesuaikan jadwal pabrik.. ha3xx)- mudik tetap memerlukan sedikit perencanaan dan trik..
-----------------------------------------------------------------
Beberapa yang saya praktekkan (keberhasilan tergantung niat dan amal ibadah. He3x..)

1. Nuker Uang Receh Jauh Hari

Waktu kuliah dan awal kerja, angpao tidak menjadi masalah karena belum wajib. Maklum belum ada pemasukan atau gaji yang pas-pas an. Alhamdulillah, 3 tahun terakhir sudah ada rejeki yang bisa dibagi ke ponakan-ponakan. Mempersiapkan angpo juga menjadi masalah (atau kita yang menjadikan masalah), maklum ATM kan paling kecil uang biru, wah bisa bangkrut. Nuker di bank repot euy... Nukar di pedagang uang receh komersial di pinggir jalan juga bukan cara bijak..

Lalu bagaimana caranya ? Tentu saja, nitip teman yang kerja di bank. Ha3x.. Biar tidak merepotkan dan pasti mendapatkan jumlah sesuai keinginan, minta tolongnya sejak awal puasa atau bahkan sebelumnya.. Gak punya teman di bank ? kasihan amat.. Gak punya duit awal Ramadhan ? nabung euy, kalender sejak awal dibagi kan sudah jelas kapan lebaran. Ha3x..

2. Milih Transportasi Ideal

Prinsip awal, jangan ngirit. Lebaran semua transport bakal naik. Bus, kereta, pesawat, travel naik besar-besaran. Maklum, sejak nenek moyang kita, bisa dibilang pemerintah "belum bisa' memberi warga negara transportasi layak dan terjangkau saat mudik. So, anticipated that..

Kalo mau ngirit, cari tebengan.. Seperti saya yang dua lebaran terakhir sukses mudik gratisan. Tapi, risiko tanggung snediri.. Dua tahun lalu, saya terjepit di antara koper, tas dan kardus oleh-oleh... Tahun lalu, mobil tebengan mogok gara-gara teman lupa nyervis.. Ha3x.. Untung persis di depan kantor Polsek..

Selanjutnya, jangan memaksakan diri. Berada di rumah saat lebaran memang penting, tapi kenyamanan dan keselamatan itu yang utama. Kalo gak ada duit, ya gak usah pulang atau pulang ketika tiket masih/sudah normal. Insya Allah orang tua memahami.

Saat kerja di Cilegon, saya mudik selepas Sholat Ied. Tidak terburu-buru dan jalan sudah tidak semacet sebelumnya.. Alhasil, Cilegon - Magetan bisa ditempuh dalam 18 jam, tidak seperti teman saya yang terpaksa menempuh selama 29 jam.. Dan juga, adat di kampung ane, open house nya baru hari kedua.. Pas Mantab..

Ingat juga, fleksibel.. Tahun ini saya berniat pulang besok malam, eh tiket travel habis.. (Soalnya merencanakan tebengan, eh yang diandelin sudah mudik.. Ha3x..). Alhamdulillah, masih dapat tiket buat sabtu pagi.. Gak bisa jumat, ya sabtu. Ga bisa travel, ya bus.. Gak bisa mudik, ya kasihan banget.. Ha3x.. Enjoy Saja..

3. Gak Usah Bawa Oleh-Oleh

Ini saya yang dasarnya males beli dan ribet atau pelit.. Biarin.. Kalo saya pikir, di rumah sudah banyak makanan euy, kecuali kalo memang mudiknya di daerah desa banget yang apa-apa susah.. Ha3x.. Secara jaman sekarang, mini market sudah merajalela dengan segala kebutuhan Hari Raya, beli saja disana. Orang di rumah itu lebih senang menyambut kita loh, jadi semakin kita berdayakan maka akan semakin senang.. (kan kita yang merantau ini yang mestinya disambut.. Ha3x..).. Perut kenyang, hati riang, semuanya senang..

Pengalaman sebelumnya, saya membawakan baju untuk ponakan dan ortu. Malah ribet sendiri. Susah milihnya, bawanya dan belum tentu sesuai kebutuhan.. Makanya, tahun ini saya cukup kasih dana ke kakak ipar untuk dibelikan baju ponakan dan kebutuhan hari raya nanti.. Benar-benar praktis dan tepat guna.

P.S : jangan lupa BB, hape, ipod, buku dll untuk hiburan sepanjang jalan..

Selamat Mudik... Be Creative, Keep it simple and safe
Read More »»»

Sunday, August 07, 2011

Makna Usia

7 Agustus - Hari bersejarah yang patut dikenang bagi kami seluruh karyawan Semen Gresik. Sebuah perayaan dan tentunya peringatan bagi pencapaian yang dulu direncanakan. Sebuah penegasan komitmen sekaligus aktualisasi keberadaan perusahaan kami.


54 tahun, memiliki makna yang beragam jika menggunakan sudut pandang dan klasifikasi berbeda. Sebuah angka usia yang dibilang cukup tua untuk sebuah badan usaha pemerintah. Dalam pandangan ini, sebuah masa-masa menikmati kejayaan, hasil perjuangan panjang masa lalu. Namun, masa ini juga menjadi awal munculnya kekhawatiran akan masa depan dan selalu bergelimang bayangan kesuksesan masa lalu. (Lihat saja para pra pensiun, seperti itulah.. Ha3x..)

Akan menjadi sebuah usia muda jika dimasukkan dalam daftar perusahaan raksasa dunia. Sebuah usia yang cukup dewasa dan belum terlambat untuk lepas landas dan mencapai puncak tujuan. Titik awal sebuah perjuangan panjang nan berat ke depan, dimana sebuah kesempatan dengan berbagai rintangan akan menghadang. Itulah harga yang harus di bayar untuk sebuah tujuan yang telah dikumandangkan.

Semoga kami mampu melihat bahwa kami masih "hijau" sehingga akan senantiasa mau belajar dan berjuang..
Read More »»»

Tuesday, August 02, 2011

Bantimurung Bulusaraung

Sekali lagi, ekspektasi berlebihan akan suatu tempat membuat sedikit kekecewaan. Saya mendatangi tempat ini karena artikel dalam bonus booklet Taman Nasional salah satu majalah traveling. Memang tidak salah, dalam berbagai media dan situs resmi departemen kehutanan, kawasan ini di positioningkan sebagai taman nasional kupu-kupu... Ah, mungkin saya saja yang tidak beruntung..

Mengikuti gaya backpacker, perjalanan menuju kawasan ini kami tempuh dengan beberapa kali berganti pete-pete. Dari kota Makasar, perjalanan diawali dengan pete-pete menuju Maros, dan berganti dengan trayek Bantimurung di suatu pasar, saya lupa namanya. Tapi tenang, sang sopir akan dengan senang hati membantu kita. Seingat saya, untuk sampai di lokasi hanya perlu mengeluarkan 2 kali Rp. 5,000,- Tentunya dengan risiko lama, panas dan sesekali ngetem... He3x..

Perjalanan Maros ke Bantimurung akan menawarkan pemandangan yang cukup menarik. Desa-desa nan hijau dengan dengan beberapa hiasa bukit karst ketika mendekati lokasi taman nasional. Merlihat dan mendengarkan gaya masayarakat asli dalam berinteraksi turut memberi kesan lain. Bahasa, guyonan, busana dan outlook make-up yang berbeda menunjukkan bahwa negeri ini kaya akan keberagaman. Ha3x.. Inilah salah satu keindahan backpacking.

Komunikasi juga memerlukan toleransi kesabaran karena perbedaan dialek lingua franca yang cukup berbeda. (Eits.. jangan underestimate. Seorang ahli Bahasa Indonesia yang mengarang buku-buku sekolah kita adalah Putra Celebes,. Yup, JS Badudu adalah putra Gorontalo).

Pada awalnya, saya cukup surprise taman nasional ini cukup ramai. Hiruk pikuk keluarga yang piknik cukup membuat saya sempat mersa bahwa ekspektasi datang ke tempat ini tidak salah. Tentunya, tujuan saya adalah berharap bisa bercengkerama dengan ratusan kupu-kupu. Tapi terus terang saya kecewa. Ketika mendatangi salah satu pos petugas taman nasional untuk meminta sedikit keterangan, pelayanan yang tidak baik kami terima. Peta yang tidak tersedia, petugas yang asyik sendiri dan mengacuhkan kami, dan keterangan yang dijawab asal-asalan. Dari keterangan bahwa kebun pembiakan kupu-kupu ada di luar kawasan, tidak jauh tapi kalau jalan kaki bisa gagal. Keterangan juga memberikan kalau kami tidak bisa masuk kesana.. What a hells...

Saya bingung, kawasan ini menjadi seperti salah branding. Segala pemberitaan dan promosi berusaha membuat image sebuah Taman Nasional Kupu-Kupu satu-satunya di Indonesia. Tapi segala pengelolaan dan fasilitas lebih membentuk kawasan ini menjadi tampat rekreasi keluarga biasa dengan air terjun, goa-goa dan danau buatannya. Memang air terjun dan kesejukan alamnya cukup memberikan refreshing. Tapi bukan itu tujuan saya kesana..

Kupu-kupu yang saya nikmati hanya beruba kerajinan tangan dengan motif memanfaatkan jasad binatang indah ini. Gantungan kunci, pajangan dinding dan berbagai aksesoris kupu-kupu dijajakan oleh banyak pedagang di pintu masuk. Cukup mengejutkan, pada pajangan dinding yang saya beli ada nama latin dan habitat sang kupu. Tidak hanya species asli Bantimurung, banyak pula yang berasalh dari Papua, Sumatera dan kawasan lainnya.. Artinya, kawasan ini cukup berhasil mengembangbiakkan berbagai species kupu-kupu..

Bantimurung memiliki berbagai hal yang potensial untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan yang menarik. Promosi memang perlu tapi tidak cukup dan akan sia-sia tanpa perbaikan fasilitas, pembenahan sistem dan pelayanan yang memenuhi harapan kami para penikmat jalan-jalan.
Read More »»»