Tuesday, August 02, 2011

Bantimurung Bulusaraung

Sekali lagi, ekspektasi berlebihan akan suatu tempat membuat sedikit kekecewaan. Saya mendatangi tempat ini karena artikel dalam bonus booklet Taman Nasional salah satu majalah traveling. Memang tidak salah, dalam berbagai media dan situs resmi departemen kehutanan, kawasan ini di positioningkan sebagai taman nasional kupu-kupu... Ah, mungkin saya saja yang tidak beruntung..

Mengikuti gaya backpacker, perjalanan menuju kawasan ini kami tempuh dengan beberapa kali berganti pete-pete. Dari kota Makasar, perjalanan diawali dengan pete-pete menuju Maros, dan berganti dengan trayek Bantimurung di suatu pasar, saya lupa namanya. Tapi tenang, sang sopir akan dengan senang hati membantu kita. Seingat saya, untuk sampai di lokasi hanya perlu mengeluarkan 2 kali Rp. 5,000,- Tentunya dengan risiko lama, panas dan sesekali ngetem... He3x..

Perjalanan Maros ke Bantimurung akan menawarkan pemandangan yang cukup menarik. Desa-desa nan hijau dengan dengan beberapa hiasa bukit karst ketika mendekati lokasi taman nasional. Merlihat dan mendengarkan gaya masayarakat asli dalam berinteraksi turut memberi kesan lain. Bahasa, guyonan, busana dan outlook make-up yang berbeda menunjukkan bahwa negeri ini kaya akan keberagaman. Ha3x.. Inilah salah satu keindahan backpacking.

Komunikasi juga memerlukan toleransi kesabaran karena perbedaan dialek lingua franca yang cukup berbeda. (Eits.. jangan underestimate. Seorang ahli Bahasa Indonesia yang mengarang buku-buku sekolah kita adalah Putra Celebes,. Yup, JS Badudu adalah putra Gorontalo).

Pada awalnya, saya cukup surprise taman nasional ini cukup ramai. Hiruk pikuk keluarga yang piknik cukup membuat saya sempat mersa bahwa ekspektasi datang ke tempat ini tidak salah. Tentunya, tujuan saya adalah berharap bisa bercengkerama dengan ratusan kupu-kupu. Tapi terus terang saya kecewa. Ketika mendatangi salah satu pos petugas taman nasional untuk meminta sedikit keterangan, pelayanan yang tidak baik kami terima. Peta yang tidak tersedia, petugas yang asyik sendiri dan mengacuhkan kami, dan keterangan yang dijawab asal-asalan. Dari keterangan bahwa kebun pembiakan kupu-kupu ada di luar kawasan, tidak jauh tapi kalau jalan kaki bisa gagal. Keterangan juga memberikan kalau kami tidak bisa masuk kesana.. What a hells...

Saya bingung, kawasan ini menjadi seperti salah branding. Segala pemberitaan dan promosi berusaha membuat image sebuah Taman Nasional Kupu-Kupu satu-satunya di Indonesia. Tapi segala pengelolaan dan fasilitas lebih membentuk kawasan ini menjadi tampat rekreasi keluarga biasa dengan air terjun, goa-goa dan danau buatannya. Memang air terjun dan kesejukan alamnya cukup memberikan refreshing. Tapi bukan itu tujuan saya kesana..

Kupu-kupu yang saya nikmati hanya beruba kerajinan tangan dengan motif memanfaatkan jasad binatang indah ini. Gantungan kunci, pajangan dinding dan berbagai aksesoris kupu-kupu dijajakan oleh banyak pedagang di pintu masuk. Cukup mengejutkan, pada pajangan dinding yang saya beli ada nama latin dan habitat sang kupu. Tidak hanya species asli Bantimurung, banyak pula yang berasalh dari Papua, Sumatera dan kawasan lainnya.. Artinya, kawasan ini cukup berhasil mengembangbiakkan berbagai species kupu-kupu..

Bantimurung memiliki berbagai hal yang potensial untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan yang menarik. Promosi memang perlu tapi tidak cukup dan akan sia-sia tanpa perbaikan fasilitas, pembenahan sistem dan pelayanan yang memenuhi harapan kami para penikmat jalan-jalan.

No comments: