Tuesday, October 18, 2011

Sebuah Perjalanan : Is It Worth Enough

Judul tulisan ini saya ambil dari obrolan seru di milis Indobackpacker. Bagi saya, menarik sekali membaca kisah perjalanan para traveler ini. Tidak hanya sumber informasi, tapi juga mampu menjadi inspirasi, motivasi, dan membuat saya iri setengah mati... Ah....

Forum pecinta jalan-jalan semacam ini memang sayang untuk saya lewatkan. Komunitas yang terdiri dari berbagai latar belakang usia, profesi, status menjadikan pokok bahasan yang lebih obyektif dibandingkan apa yang di tulis di buku panduan perjalanan atau blog pribadi. Aneka ragam motif dan gaya perjalanan : ikut tour, solo traveler, bekpek rame**, flashpacking, honeymoon package, business traveling, maupun naked traveler, menjadikan pilihan data sesuai kebutuhan kita. (NB: Terkecuali yang jalan jalan dari menguras keringat rakyat.. Ha3x..).

Back to topic. Mengenai obrolan sesuai judul di atas, banyak yang curhat mengenai bagaimana memenuhi dahaga akan haus jalan-jalan. Banyak dilema (mungkin juga saya), memutuskan nekat jalan-jalan atau harus rela bergulat mencari uang dan masa depan. Memang, sistem dan kondisi di negara kita ini tidak memungkinkan untuk mudah melenggang kangkung seperti para bule yang bebas ngeloyor keliling bumi, dan bisa kembali ke kerjaannya.. kalaupun jobless ya bakal ditanggung pemerintah. Nasib kita ?? Mau dikatakan apalagi..

Jalan jalan masih mahal (atau dianggap mahal oleh budaya kita). Meski saya bilang Kontradiksi. Kita mampu nyicil motor saat diterima kerja, rela ngredit mobil setelah 3 tahun bekerja, dan setia dengan promo 0% untuk upgrade gadget terbaru dan tercanggih. Konsumtif.. NB : saya tidak sebut setengah mati bayar angsuran KPR, karena itu memang investasi... (asalkan bukan karena alasan gengsi..).. Tapi, hidup ini memang hanya sebuah pilihan.. So, U are U...

Dari obrolan topik ini, banyak kisah sukses para Nekat Traveler yang memutuskan keluar dari comfort zone nya. Resign, untuk melanjutkan petualangannya dan berhasil mendapatkan penghidupan yang berkecukupan dengan pekerjaan yang sesuai passion mereka. Apakh kita harus begitu ? Ngaca duluuuu... Semua kisah sukses memang diawali dengan niat kuat (meski beberapa memang si lucky), tapi apakah cukup hanya niat ?? Tidak bisa... Mengetahui kemampuan diri sendiri, kelebihan dan kekurangan kita, sebelum membulatkan tekad untuk menentukan hati.

Si A bisa kok resign, sekarang jadi dapat penghasilan jadi travel writer. Tuh, Si Dia juga akhirnya sukses keliling dunia dan dapat uang dari guide orang. Noh, C dapat pasangan bule dan keliling bareng... Hmmmm... Kisah sukses mereka tentunya tak langsung berbuah manis. Dan apakah kita punya passion dan bakat dsana... Kalo nuruti jalan-jalan, siapa yang tidak mau...Bukannya takut atau menakuti, hanya apakah kita siap atau belum dengan risiko...

Bagaimana saya sendiri ? Hmmm.. Saya juga masih belum seberani rekan backpacker yang sukses bermigrasi. Masih banyak yang harus dikompromikan.. Tapi, insya allah saya berada di right track untuk sesuatu yang menurut saya lebih baik dan saya inginkan. Muncul motivasi besar, yang dulu sempat redup karena saya terlena oleh status quo. Semangat menggelitik untuk tak lagi menjadi katak yang terperangkap tempurung..

Saat ini, saya sudah puas dengan langkah saya untuk mengajukan cuti besar. Menjadi yang pertama mengajukan di Departemen saya, atau mungkin juga numero uno ntuk karyawan baru. Maklum, hak libur ini masih bisa ditukarkan dengan gaji jika kita rela mengembalikannya ke HR. Ha3x... Peraturan sisa kolonial... Akan saya revisi ketika saya jadi HR Manager kelak.. Ha3x...

Pertanyaan, komentar, sindiran atau apapun yang masuk hanya seperti angin lalu bagi saya. "Gak butuh duit ?" Yaelah, saya jalan-jalan jelas butuh duit banyak.. "Ambil aja, mumpung masih bujang".. Hadoww.. emang kalo udah nikah, duit segalanya.. Sudahlah, toh prinsipnya kan semua pingin nyari kesenangan.. Bagi saya, duit memberikan segalanya, tapi traveling memberikan apa yang saya perlukan.. Dan saya tak perlu segalanya..

So, Is It Worth Enough ? Yessss, It Is....

3 comments:

Anonymous said...

Justru aku pun heran sama orang yang komentar "apa kamu nggak butuh duit sampe rela ambil cuti besar".

Please deh, ada banyak kebahagiaan yg nggak setara jika hanya ditukar dengan 2x gaji. Waktu, dan indahnya traveling tidak bisa tergantikan dengan 2x gaji.

That is me. SO what? hahaha

Half Traveler said...

Ho3x.. Sungguh mati aku jadi penasaran... #dangdutmodeon..

Barcelona, Italia, I'm cominggg...

d3vy said...

hahaha... jadi inget jatah cuti besar saya, 27 hari bowwww...cuman parahnya kerjaan yg sekarang bener2 ngga bisa ditinggal lama *bete*
pdhal ngidam banget ke europe