Monday, August 04, 2014

Vesak Day on Borobudur 2013: Acara Nanngung

Sebagai Candi Budha terbesar di dunia, perayaan waisak di Borobudur merupakan satu event yang saya tunggu (konon katanya masuk one of 501 must see event before we die). Kebangetan juga kali, Gresik - Yogyakarta kan tidak terlalu jauh, pun transportasi juga mudah dengan cukup naik kereta atau bus. Namun, niat ini susah sekali diwujudkan. Sejak 2010 rencana ke event ini selalu terbentur dengan hari libur yang tidak menguntungkan. Akhirnya, keinginan saya terwujud juga di tahun 2557 Saka (2013 Masehi), dimana hari Raya Waisak jatuh di hari Sabtu, 25 Mei 2013.


The Beginnining @Candi Mendut


Jujur, saya tidak cukup spiritual atau mencintai budaya untuk menjadi alasan menghadiri perayaan ini. Acara pelepasan lampion yang katanya sampai dengan 1000 buah yang menjadi magnet utama bagi saya, atau mungkin bagi banyak turis. He3x.. 

Sebagai acara tahunan rutin dan puncak dari seluruh kegiatan keagaam yang dilaksanakan sejak dua minggu sebelumnya, informasi kegiatan ini sangat sulit didapatkan. Sumber informasi yang valid dan cukup terpercaya hanya ada di situs Walubi. Entahlah, mungkin event ini secara resmi memang disusun sebagai kegiatan keagamaan saja. Tapi dari beberapa media online, justru banyak pengunjung yang hadir dengan alasan sisi pariwisata. Perlu koordinasi serius antara Walubi sebagai organisasi umat Budha di Indonesia dengan Dinas Kepariwisataan, biar gak nanggung dan lebih tertata acaranya.

Amazing Borobudur when The Twilight
Yup beneran, karena serba nangunng inilah yang membuat puncak acara di Borobudur ini menjadi terkesan semrawut. Saya merasakan kesemrawutan ini sejak pagi. Jam 10 pagi, perjalanan dari area parkir (lupa sebelah mana) ke Candi Mendut cukup ramai namun masih tertata. Begitu memasuki area Candi. Pedagang kaki lima dan kendaraan roda dua cukup menggangu. Sumpek... Petugas dari panitia dan aparat keamanan pun terlihat tidak mencukupi dan kurang sigap mengatur pengunjung.

Di area pelataran Candi, kondisi peribadatan yang kyusuk terganggu oleh banyaknya turis yang lalu lalang untuk mecari spot foto dan narsis terbaik. Hadew... kasihan yang berdoa pasti terganggu,, Ditambah cuaca yang panas dan tenda tenda yang terhalang pengujung di segala penjuru menjadikan udara manjadi panas. Ah, sayang sekali. Mungkin perlu adanya ketegasan dan pengaturan dari panitia untuk membatasai area pengunjung agar tidak menggangu ritual.


Antiklimaks @Candi Borobudur

Menghindari desak - desakan dan sumpah mati kecapekan, kami memutuskan beristirahat dan tidur di Masjid dekat loket penjualalan tiket. Banyak yang senasib, malah saking capeknya banyak yang gelar tikar atau sarung untuk tidur - tiduran di rerumputan.. Panas dan sumpah ramai sekali...

Karena takut tidak kebagian lokasi nonton, ditambah info bahwa pengunjung yang tidak memiliki tiket tidak boleh mendekat ke area ritual, kami masuk ke area acara sedini mungkin. (ah sialan, info gak bener, semua bisa masuk). Biar tidak garing dan mati gaya, kami nikmati dengan berfoto ria berbagai gaya. Di tengah tengah menunggu, panitia mengumumkan bahwa loket penjualan lampion sudah di buka. Benar saja, antrian panjang segera berjejer. Ternyata, kami hanya diberi satu kertas putih sebagai bukti untuk pengambilan lampion dan bisa diisi dengan doa dan harapan yang ingin dilepas.

Raining Came too soon
Sesuai jadwal, seharusnya acara dibuka pukul 7 malam. Prahara mulai terjadi, sang Menteri Agama yang diberi kehormatan membuka acara datang terlambat. Panitia yang berinistif memberi pengumuman mengenai hal ini malah mendapat koor protes panjang.. Huuuuuuuuuuuuuu... (protes ini kembali diteriakkan ketika Sang Menteri datang).. Ha3x...

Selesai pembukaan, acara dilanjutkan dengan doa dan prosesi jalan mengelilingi Candi oleh para biksu. Banyaknya fotografer dan penonton yang berebut spot dan momen terbaik mengakibatkan kesemrawutan. Meskipun beberapa kali panitia telah menghimbau agar para pengunjung tidak mengahalangi jalan, suasana malah semakin semrawut. 

Malang tak dapat ditolak, menjelang acara puncak yang paling kami tunggu, hujan datang dengan cepat dan deras... Hiks hiks.. Terpaksa,, pelepasan lampion ditunda untuk menunggu hujan reda. Hujan memang senpat beberapa kali kecil, namun tidak berhenti dan kembali deras. Akhirnya pupus sudah harapan kami, pelepasan lampion dibatalkan. Kami dipaksa untuk mengantri kembali untuk menukarkan sobekan kertas bukti pembelian lampion untuk dicairkan kembali dengan harga lampion.. Dalam kondisi pakaian basah dan masih mengenakan jas hujan, plus tutupan aneka payung, antrian semakin terasa panas dan sungguh menyiksa.. Apalagi, panitia harus mengecek nama pembeli secara manual... Ahhhhh...

---------------------------------------------------------------

Bagi saya, Candi Borobudur merupakan suatu obyek yang sangat layak dikunjungi dan mendapat perawatan yang cukup baik. Sayangnya, pengelolaan acara yang kurang rapi membuat acara ini menjadi serba tanggung.. Karena harapan saya belum dilepaskan, saya pasti akan kembali..

Catatan: Thanks untuk Mas Dedi dari Medan, Duma dari Medan yang sedang kuliah S2 di UGM.. 
Read More »»»