Wednesday, October 22, 2008

KITE RUNNER : KEJARLAH MIMPIMU

Aku dapat rekomendasi buku ini dari seseorang (thanks, keren bukunya). Cerita tentang persahabatan, penyesalan, keikhlasan, kesetiaan, pengorbanan, dan harapan. Tokoh utamanya bernama Amir, anak seorang suku Pasthun di Afganistan yang mempunyai sahabat seorang Hazara bernama Hasan. Hasan adalah seorang pelayan yang menjadi sahabat setia yang selalu menjaga kehormatan majikannya, Amir.

Alur cerita dan pemunculan konfliknya bener-bener tak terduga. Diawali dengan kisah persahabatan Amir dan Hasan, konflik Amir dan ayahnya (Baba) dan penyesalan dalam diri Amir, di dalam balutan perang saudara Taliban.
--------------------------------------------

Aku memiliki satu kesempatan terakhir untuk mengambil keputusan,
untuk menentukan apa jadinya diriku”.
”Aku bisa melangkah memasuki gang itu,membela Hassan dan menerima apa pun yang mungkin menimpaku”.
”Atau aku bisa melarikan diri”.
”Akhirnya, aku melarikan diri”.

Kenyataan bahwa Hasan adalah saudara tiri “haram”nya makin menambah konflik dalam diri Amir. Penyesalan mendalam yang ada tetap terbawa sampai kepindahannya ke Amerika Serikat. Tapi masih ada kesempatan untuk menebusnya, melalui Sohrab, putra sahabatnya. (Ada lanjutannya gak ya buku ini??)

Pengorbanan dalam cinta tergambar pula dalam tokoh Rahim Khan (paman Amir). Betapa ia rela tidak menikah demi wanita yang dicintainya, seorang Hazara yang dianggap lebih rendah daripada golongannya yang seorang Pasthun. Juga dalam diri Ali (ayah Hasan), yang begitu mulia tetap mengabdi kepada orang yang telah merendahkan harga dirinya.

Terlepas dari kisahnya, buku ini benar-benar menggambarkan adat istiadat di Afganistan. Bagaiamana kebanggaan seseorang yang menang dalam lomba adu layang-layang. Ketika berhasil mengalahkan lawannya dan mendapatkan layang-layang yang putus terakhir kali. Menjadi ”Kite Runner”.

Diskriminasi ras antara Pasthun dan Hazara yang menjadi cermin nyata kondisi yang saat ini masih ada di belahan dunia manapun (tanpa kita sadari. Perang saudara yang bahkan sampai sekarang masih meminta korban (dengan berbagai alasan).

Terkadang dalam meraih mimpi, kita tidak menyadari telah “memutuskan” harapan orang lain. Tapi itulah hidup, tidak ada yang salah. Hanya keSADARan kita untuk selalu berkompetisi secara benar dan keSABARan menerima apapun hasilnya dengan lapang dada dan hati terbuka. Untuk semua Sahabatku, jangan sampai ada penyesalan (dusta) di antara kita (kaya lagune Dewi Yull..he5x..)

Gresik, 21 Oktober 2008

2 comments:

Unknown said...

bayangkan ketika orang yang menolongmu adalah orang yang kau anggap musuh, dan dia selalu menganggapmu sahabat.

Unknown said...

Kayak cerita wayang antara pandawa dan adipati karna....