Perjalanan saya di pulau ini terhitung sangat singkat, tepatnya pada 3 - 5 Maret 2011. Meski singkat, eksplorasi yang saya lakukan terbilang cukup komplit. Sebagian besar obyek dan tempat wisata menarik telah saya sambangi, meski hanya sempat mengabadikan foto, istirahat sejenak sambil membaca peta dan kemudian cabut. Beberapa obyek bahkan hanya saya saksikan dari dalam bus karena banyaknya obyek yang termuat dalam brosur wisata. Bakalan repot kalo saya menuruti untuk mendetailkannya satu-satu, toh beberapa hanya berupa bangunan tempat ibadah yang tidak mungkin sembarangan bisa kita jajaki.

Secara garis besar berdasar wilayah, eksplorasi yang saya lakukan terdiri dari 3 kawasan: Georgetown, Penang Hill (Bukit Bendera) dan Batu Feringgi. Ketiga daerah ini memiliki ciri khas dan daya tarik yang berbeda.
GEORGETOWN
Kawasan kota ini telah ditetapkan sebagai Unesco's World Heritage Sites pada tahun 2008. Dalam brosur disebutkan pulau bahwa Georgetown meraih penghargaan The Most Excelent Unesco Project pada 2000 lalu.

Tempat peribadatan juga menambah suasana budaya yang kental dimana temple hindu, temple budha, gereja dan masjid mampu membaur dan memberikan daya tarik tambahan. Keharmonisan semacam ini perlu kita apresiasikan dan patut di teladani. Meskipun tidak tahu bagaimana dalam kehidupan nyata kesehariannya, sinergi dalam pengelolaan wisata menunjukkan bahwa toleransi itu ada dan tumbuh dengan baik. Saya membayangkan, sisi sejarah di Tunjungan dan sekitarnya di percantik tanpa make up modern yang jamak dimana-mana. Ampel, Kenjeran, Kya-Kya dan Kawasan Kristus Raja di munculkan secara sinergis sehingga mampu memberikan jati diri pada kawasan kota.. Sparkling Surabaya..

Komtar sendiri adalah gedung tertinggi di seluruh Penang yang digunakan sebagai pusat bisnis dan perkantoran. Satu kompleks dengan gedung ini adalah Prangin Mall, Komtar Walk dan Terminal Bus Central Komtar. Penting bagi backpacker baru yang mau menjelajah Penang untuk mempertimbankgan waktu dan jarak ke Komtar untuk estimasi waktu menuju tujuan lain. Maklum, semua bus pasti melalui terminal ini, jadi akan sangat tepat bagi orang yang tidak hapal rute Rapid Penang untuk rela start dari sini.

Kehidupan malam di kawasan ini relatif sunyi, hanya dipenuhi oleh kedai makanan dan orang nongkrong. Beberapa wanita asli dan jadi-jadian juga nampak digandeng oleh pasangannya.. Ha3x.. Secara umum, kehidupan malam di kawasan ini adalah sepi… Meski di sediakan juga tempat karaoke dan hiburan malam lainnya, para dugem mania ini cukup sopan dan tidak terlihat mata.. Ato saya yang tidak melihatnya.. ha3x..
Keesokan harinya, setelah teman berangkat ke bandara untuk malanjutkan perjalanan, saya memulai observas. Saya start dari Jetty, di awali dengan mencoba ferry gratis ke Buterworth yang berada di kawasan Malaysia daratan. Fery penyeberangan ini free of charge, tetapi bayar 1,2 RM saat menyeberang balik..

Setelah sampai kembali ke Jetty, saya berjalan kaki mengelilingi Georgetown. Mulai berjalan kekanan dari Tanjung City Marina, Church Street Pier, Bangunan Dewan Perniagaan sampai dengan Queen Victoria Memorial Clock Tower di Pesara King Edward. Di jalan ini saya juga melihat sebuah kapal pesiar besar bersandar. Seperti tertulis pada badannya, kapal ini melayani pelayaran ke Langkawi. Ah, saya jadi teringat impian saya untuk menaiki kapal pesiar sekelas Titanic. Obsesi tak tahu diri...

Belok kiri saya memasuki Jalan Kapitan Keling. Kenapa belok kiri ? Karena Belok Kanan : Barcelona.. Ha3x..skip saja.. Jalan ini memiliki cabang jalan lain yang banyak banget. Saya memutuskan untuk fokus lurus ke depan dan menemukan St. George’s Church, Lim Kongsi Clan Temple, Sri Mahamariamman Temple dan Masjid Kapitan Keling.

Saya merasa, para anggota dewan kita yang terhormat dan anggota lembaga kementrian yang mengurusi budaya dan pariwisata sangat pantas dan harus untuk study banding kesini. Tak perlulah ke Eropa dan tak harus malu.. Bealajar bagaimana mengembangkan pariwisata dengan prinsip melestarikan budaya. Jangan lupa, based on community sehingga masyarakat menjadi bagian dan merasakan manfaatnya pula.
GURNEY DRIVE
Sore harinya saya memutuskan untuk jalan-jalan dan mencari makan malam di kawasan Gurney. Tepat saat saya menunggu bus, si CAT (Central Area Transit) Free Bus lewat. Segera saja jiwa gratisan ini tidak terima jika tidak merasakan fasilitas yang tidak bayar begini.

Sampe di Jetty, saya berencana langsung mencari bus ke Gurney. Setelah baca peta, ternyata semua bus kesana (T10, 101, 103 & 104) akan melewati Komtar.
Dengan pertimbangan bus masih kosong dan tiket yang akan lebih murah, saya kembali masuk ke bus gratis lain yang kembali ke Komtar. Ha3x.. Makin nikmat, karena rute baliknya agak berbeda, denga melewati area Little India di Lebuh Chulia yang belum saya singgahi. Gratisan membawa nikmat..

Di dekat pasar makanan ini, saya menemukan halte bus. Tapi karena bosan menunggu dan sepi diantara antrian taxi, saya memutuskan untuk jalan kembali di tempat saya tadi turun sambil membakar lemak.
TUKONG ULAR

Masih sepi ketika saya sampai di kuil ini. Sempat bingung saya dengan maksut penamaan tempat ini.. Ha3x.. Ternyata hanya kuil biasa yang memiliki koleksi beberapa jenis ular yang bisa di ajak berfoto bersama, dengan membayar Ringgit tentunya.. Haduh... Segera saja saya jepret - jepret sendiri sang ular yang lagi di sewa pasangan bule, meski sang pawang berusaha menghalangi saya yang memfoto gratisan ini.. So what... :p
To be continued...... Penang Hill & Batu Feringgi
4 comments:
ampuun mupeeenggg...
#TepukJidatSambilMenyekaKeringat
Satu yang saya takutkan, saya jatuh cinta dengannya.. :p
Makasih mas buat sharing info nya..
Kebetulan minggu depan mw jalan ke Penang, buat nambah2in isi kitab suci perjalanan..hehe :D
Sama - sama. Happy traveling..
Post a Comment