Tuesday, June 05, 2012

Born This Way Ball

3 bulan lalu saat memutuskan beli tiket konsernya, saya hanya membayangkan psebuah konser besar yang seru di Stadion terbesar untuk pertama kalinya. Semangat sekali rasanya, bayangkan saja 50 ribu lebih orang bakal hadir dengan berbagai gaya dan persiapan.. Wowww.. Saya sudah tidak sabar...



sumber : www.kapanlagi.com

Gaga Olala....

Setelah menunggu sekian lama dan semua persiapan sudah kelar, ternyata semua sirna belaka. Ha3x. Padahal tiket penerbangan pp sudah di booking, rencana mampir ke Cilegon kelar disusun, dan bahkan bolos kuliah pun sudah diatur. Sekarang tinggal lagu - lagu download-an lengkap dengan liriknya yang menjadi saksi bisu (maklum tiket konser kan dikembalikan untuk refund red-) 

Kontroversi dan penolakan konser muncul dua minggu sebelum acara, Pengumbat aurat, pendukung homoseksual, bahkan pemuja setan adalah label yang diberikan kepada Mother Monster. Memang,  pro dan kontra dalam sebuah iklim demokrasi adalah hal biasa. Tapi, apakah perlu semua mesti pakai kekerasan (ancaman saya definiskan sebagai kekerasan psikologis). Kenapa beberapa pihak harus merasa paling benar dan paling tahu apa yang terbaik. Apakah tidak ada kompromi ? Tanya Kenapa...

Kondisi semakin parah ketika pihak kepolisian tidak mau memberikan rekomendasi dengan alasan sok moralis. Ah, marilah kita tengok. Lokalisasi, perjudian dan segala macam penyakit moral menjadi tanggung jawab siapa ? Okelah tanggung jawab moral kita sebagai manusia, tapi apakah tanggung jawab institusi kepolisian... Buktikan....

Bicara minus plus, semua pendapat pasti punya sudut pandang yang berbeda. Bagi saya, Gaga hanya selebritis yang ingin berkarya dan menunjukkan eksistensi. Kontroversi dan sensasi sudah jamak dalam bisnis semacam itu. Kalaupun benar dia seburuk apa yang dikatakan para penentang, trus mau apa ? Tanpa konser sekalipun, pengaruh Gaga akan hadir melalui media lain. 

Paling memalukan, tontonan ini pastinya telah dinikmati oleh semua penduduk dunia. Seandainya penolakan itu dilakukan dengan tegas dan alasan jelas, pasti kita semua bisa berbangga.  Tunjukkan bahwa kita menghargai karya dan budaya lain, tapi tegaskan bahwa kami juga punya budaya dan aturan yang harus dipatuhi dan dihargai. Sayangnya, pembatalan oleh manajemen artis dengan alasan potensi gangguan keamanan hanya semakin memperpuruk pandangan terhadap negara ini...
Hmmmm..

Don't be a drag, just be a queen. Whether you're broke or evergreen

2 comments:

Pau said...

Sudut pandang saya:
Justru peristiwa penolakan konser Lady Gaga di Indonesia adalah pertunjukan Lady Gaga tersukses dalam rangkaian konsernya kali ini.

Ketika sebuah pertunjukan diartikan sebagai sebuah tontonan yang terdiri dari pelaku dan drama yang memanipulasi emosi penonton: bukankah itu sudah tercapai.
Bahkan tonotnan ini lebih spektakuler dan kolosal dibanding senadainya konser 3 juni diadakan.

Memang sih, pelaku adalah ormas, pejabat pemerintah dan aparat. Tapi semua juga tahu siapa yang jadi primadonanya: Lady Gaga.

Dalam bahasa bisnis yang paling sederhanapun dapat dilihat exposure dan publikasi spt apa yang diperoleh Lady Gaga.

So, menurut saya: Konser Lady Gaga di Indonesia: Sukses Besar!!

Half Traveler said...

Wah, sudut pandang yang menarik mas. Sama sepeti yang tertulis di blog mypath. He3x..

Beda panggung dan beda pelakon saja ya mas ? Para little monster bukan melihat aksi mother monster, tapi disuguhi pagelaran monster - monster yang lain..

Benar juga, saya akhirnya malah gencar cari info, ngeyutub konser di negara lain.