Sunday, December 16, 2012

Good Book, Great Movie ?

10 tahun terakhir, kebangkitan dunia perfilman Indonesia semakin menunjukkan pertumbuhan positif diukur dari jumlah produksinya. Soal kualitas ? Film - film horor dengan sentuhan adegan vulgar masih menjadi primadona. Sedih memang melihat tema dan judul film yang semakin ajaib dan terasa tidak masuk akal. Apa mau dikata, produksi akan tetap berjalan selama dianggap mendatangkan peminat dan keuntungan. Intelektualitas ? Moral bangsa ?  Kedua kata ini tidak ada dalam kamus dan orientasi para produser yang hanya ingin mengeruk Rupiah..

Terlepas dalam permasalahan itu, salah satu fenomena baru dalam film nasional adalah kisah yang diangkat dari buku yang terinpirasi kisah nyata. Seingat saya, Laskar Pelangi yang menjadi pioneer. Film ini tidak hanya sukses secara komersial dan festival, namun juga mendorong "booming" kunjungan wisata ke Belitung.

Sepanjang 2012 ini, ada dua novel based-on-a-true-story yang sukses di layar lebar dan masuk kategori harus tonton. Satu persamaan, kedua novel tersebut adalah karangan dua penulis muda baru dengan tema yang sedikit banyak terkait dengan petualangan dan mimpi. Sebuah tema yang senantiasa punya tempat tersendiri di perpustakaan saya. Let's, check this out..

Negeri 5 Menara

Buku ini merupakan judul pertama dari rangkaian trilogi karya A. Fuadi yang menceritakan kisah penulis selama menuntut ilmu di Pondok Madani. Konflik muncul dari benturan cita - cita pribadi dan kehendak orang tua yang terus dibangun dalam kebimbangan hati akan pilihan yang telah diambil. 

Agar tidak jemu ketika dibaca, kisah humor dan keluguan lokal para tokoh disisipkan menyatu tanpa menimbulkan kesan hanya tempelan. Meskipun beberapa bagian menurut saya terlalu didramatisir, pembaca akan memakluminya.. Penulis berhasil mengubah wacana pembaca mengenai kehidupan pesantren modern yang jauh dari kesan kuno selama ini..

Film Negeri 5 Menara rilis beberapa bulan setelah terbitnya buku kedua, Ranah 3 Warna. Benang merah yang dijalin diantara keduanya membuat ekspektasi saya terhadap film ini cukup tinggi. Casting penuh pendatang baru terbilang cukup berani dan beresiko. Ibarat kertas polos, wajah baru memudahkan pemunculan karakter yang diinginkan tanpa terkontaminasi dengan peran dan image sebelumnya di benak penonton. Kekakuan akting yang terkadang muncul malah semakin mendukung karakter yang ingin dibangun karena tertolong dengan sifat tokoh utamanya yang memang sedikit kikuk.. Ha3x.. Kehadiran artis pendukung yang sudah punya jam terbang menjadi penawar akting dan memberikan daya tarik secara komersial.

Overall, film ini mampu menterjemahkan seluruh kisah dalam cerita ini dengan baik. Penulis skenario dan editor cukup cerdas dalam memilih cerita mana yang harus diambil sehingga bisa ditampilkan dalam durasi terbatas. Dengan pemotongan beberapa bagian buku, alur cerita mengalir sesuai bukunya. Tambahan beberapa plot dan adegan untuk keperluan artistik maupun komersial juga masih dalam taraf wajar, termasuk hadirnya sang penulis sebagai cameo.. Narsis juga.. Ha3x..Satu yang mengganggu, soundtrack utama film terasa dipaksakan untuk menjadi bagian dari alur cerita. Tidak nyambung....

"Bila cintaku ini salah, hatiku tetap untukmu. Namun kenyataannya parah, dirimu tak pernah untukku..." (Galau, Yovie & Nuno)

Selain menunggu buku terakhir dari rangkaian triloginya, saya menunggu film dari buku kedua. Seperti kita ketahui, Sang Pemimpi yang merupakan film kedua dari trilogi Laskar Pelangi tidak berhasil mengikuti kesuksesan film pertamanya. Bagaimana dengan Ranah 3 Warna ? We'll see...

5 cm 

Selain mengangkat arti persahabatan, karya DD (Donny Dhirgantoro) ini memberikan inspirasi untuk lebih mencintai negeri ini dengan lebih mengenalnya, seperti tulisan saya sebelumnya di SINI. Satu yang lupa saya tulis, buku ini cukup banyak mengambil petikan lagu populer yang menghiasi beberapa bagian cerita. Selain keindahan Mahameru, pembaca pasti akan selalu teringat dengan taglinenya.

"Setiap kamu punya mimpi, keinginan, atau cita - cita. Letakkan di depan kening kamu, jangan menempel, biarkan dia menggantung, mengambang 5 cm di depan kening kamu. Jadi dia tidak akan pernah lepas dari mata kamu"

Pemutaran perdana film ini dilakukan pada tanggal yang cukup bersejarah 12 Desember 2012 (12-12-12), tujuh tahun lebih dari cetakan pertama bukunya. Pemilihan casting dari pemeran profesional menjadi daya tarik tersendiri untuk menjaring penonton. Namun, tokoh utama yang banyak (5 orang) menyulitkan penggambaran karakter secara mendalam. Untungnya, kisah utama tentang persahabatan itu mampu dibangun dengan baik dan tidak berlebihan.

Bagi yang sudah membaca novelnya, editing cerita juga terasa tidak semulus di buku. Konflik dan klimaks yang cukup baik didramatisasi dalam buku malah terasa datar ketika di filmnya.. Plot cerita yang cepat menimbulkan kesan alur yang terburu - buru, dimana beberapa adegan penuh makna di novel yang tidak diangkat. Salut untuk soundtrack film yang digarap oleh Nidji, pas dan sangat baik mendukung keseluruhan cerita.
------------------------------

Di akhir tahun ini, satu buku best seller lain yang didasari kisah nyata juga difilmkan, Ainun & Habibie. Selain itu, ada beberapa film nasional 2012 yang dibuat berdasarkan novel fiksi semacam Perahu Kertas dan Bidadari - Bidadari Surga. Namun, saya menunggu film berdasarkan novel fiksi semacam trilogi Dan Brown. Jika diminta memilih, Rahasia Medee pasti mantab jika di filmkan.. So, apa pilihanmu ?

1 comment:

Anonymous said...

Intan baru bertanya, paman siwa sudah menjawab via blog. Xixixixixi