Sunday, April 21, 2013

Cambodia: Kingdom of Wonder

Setelah sehari sebelumnya di buat pontang - panting dengan urusan Tesis yang sudah batas akhir pengumpulan dan Raker Perusahaan, akhirnya Selasa siang, 22 Januari ini saya duduk manis di LCCT, Kuala Lumpur. Sembari duduk santai, saya memeriksa backpack dan tas slempang. Seperti dugaan, ada barang yang ketinggalan. Kali ini, karena terburu - buru naik taxi menuju Juanda, topi, payung, dan print peta belum masuk dalam barang bawaan. 

Biar ndak bad mood, saya mulai pasang ipod kesayangan dan memutar lagu Jetlag. #apa hubungannya coba. Tidak berapa lama, kawan saya dari Medan muncul. Yup, perjalanan kali ini saya tidak seorang diri.. Bang Ferry inilah sang inisiator Road to Cambodia kali ini. Sayangnya, Mpok Alvie, sang bendahara Trip ke Myanmar sebelumnya tidak bisa ikut.. #salah sendiri cuti diabisin LOL.. 

Pnom Penh

Begitu mendarat di Pnom Penh International Airport, kamu celingak celinguk mencari informasi transportasi menuju kota. Karena cukup mahal, kami mencoba mencari traveler lain yang mau diajak sharing biaya taxi. Setelah di tolak oleh rombongan bule (ya iyalah, rombongan kok diajak sharing), kami malah asyik nuker USD ke Cambodian Real dan tergoda membeli sim card local. Dari salah satu counter travel, kami disarankan naik shuttle bus Nagaworld yang tentu saja gratis. Tips: naik saja, meski bukan tamu mereka ndak perlu sungkan atau takut... Ha3x..

Saksi Kekejaman S21 Prison
Setelah shuttle bus 3/4 melaju pelan di jalanan lebar nan lengang, saya mengirim sms ke host kami di kota ini. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Host kami ternyata bekerja di kompleks hiburan ini. Calvin, host kami, adalah orang Singapore yang baru 4 bulan bekerja sebagai event promotion. Dari kantornya, dia mendapat fasilitas apartemen type studio yang nyaman. Dan, kami berdua adalah surfer (istilah tamu di couchsurfing) pertamanya.. Lucky us..

Jalanan kota di sore yang cerah itu cukup lengang dan nyaman.Mobil tidak terlalu banyak, sepeda motor yang lebih dominan, namun tak separah Surabaya. Kendaraan umum yang nampak ada bus dan tuk - tuk. Meskipun sebutannya sama, kendaraan ini berbeda dengan di Thailand. Tempat duduk penumpang sama, namun bagian depan untuk driver adalah sepeda motor.Sayangnya, kondisi mulus hanya ada di jalanan utama. Beberapa jalanan yang lebih kecil nampak berlubang dan menimbulkan debu bertebaran dalam kondisi kering saat itu.

Cambodian Tuk - Tuk
Dari rekomendasi host, kami memutuskan untuk melakukan city tour dengan menyewa tuk - tuk dengan harga 15 dollar/ 6 jam. Setelah berdiskusi dengan driver, kami memilih rute Tuol Seng Musseum, Killing Field, Central Market, Russian Market, dan terakhir di Grand Palace.

Tuol Seng atau G21 Prison adalah bekas penjara Khmer Merah, tempat dimana sekitar 14,000 - 20,000 orang meregang nyawa. Pengunjung dijamin ngeri menyaksikan segala dokumentasi kekejaman itu, baik melalui foto di dinding, pemutaran video, maupun properti yang tersisa. Selain tempat ladang pembantaian, tempat ini menjadi lokasi tahanan sementara sebelum dikirim ke Killing Field. Konon, killing field pada masa itu cukup banyak, umumnnya di tengah hutan. Saat ini, salah satunya menjadi obyek wisata yang ditata cukup baik dan dilengkapi dengan museum.

Poipet

Dalam perjalanan ke Siem Reap, pimpinan tour (rombongan 2 orang saja) mengusulkan untuk mampir di Poipet, sebuah kota di perbatasan dengan Thailand. Setelah 7 jam perjalanan, kami tiba di kota ini pukul 8 pagi. 

Antrian Mencari Penghidupan di Negeri Orang
Karena waktu yang terbatas, kami segera meluncur ke area perbatasan. Tentu saja untuk melihat deretan kasino mulai yang sederhana maupun mewah. Kami memasuki salah satu casino, bukan untuk ikut bertaruh melainkan untuk ke toilet dan ngadem.. Ha3x.. Dewi fortuna memang bersama kami, di kasino kedua kami boleh mengambil makanan dan minuman gratis.. #dasar kere

Bagi saya, bukan kasinonya yang menarik, melainkan kawasan perbatasan itu sendiri. Di garis batas semacam ini, kita tidak akan hanya melihat dua wilayah negara dan kebudayaan yang berbeda. Lebih dari itu, perbatasan darat menunjukkan dua nasib kehidupan yang berbeda. Lihat saja, kawasan perbatasan ini pasti akan dijaga ketat untuk mencegah adanya imigran gelap yang hanya berusaha untuk mencari kehidupan lebih baik di negara tetangga.

Siem Reap

Sebuah perjalanan pasti menemukan klimaksnya. Layaknya Columbus yang menginjakkan kaki di Amerika, kelegaan semacam itu kami rasakan ketika berhasil menemukan pohon yang jadi lokasi syuting Tante Angelina Jolie. 

Padahal, kompleks candi terbesar di dunia ini memiliki banyak pesona lain. Bagi penyuka bangunan tua atau fotografi, tempat ini akan menjadi oase di gurun pasir. Menurut saya pribadi, kompleks Angkor Wat ini masih memerlukan banyak renovasi untuk mengembalikan kejayaannya yang sempat hilang dan terkubur tanah. Namun, kita juga berharap agar kesederhaan masa lalu - nya tidak hilang karena komersialisasi industri pariwisata yang tidak dapat terhindarkan.

View from Top of Baphuon
Siem Reap memang destinasi wisata yang layak difavoritkan. Selain Angkor Wat, pasar wisata disini cukup layak dikunjungi. Sayangnya, kami hanya sempat mengunjungi Old Market dan Night Market. Kami terpaksa membatalkan rencana ke Central Market karena memilih mendaki bukit untuk menuju Phnom Bakeng. Keputusan kami memang tepat, menghabiskan senja bersama ratusan wisatawan lain yang menanti matahari terbenam di atas puncak candi ini terasa sejuk dan romanstis. #yang jomblo gigit jari.. Ha3x..

Malam terakhir di Cambodia, kami lalui dengan berkumpul bersama host kami dan keluarganya. Sokhom, seorang pria lokal yang berprofesi sebagai guru bercerita mengenai sejarah kelam negaranya di bawah panji Khmer Merah. Ah, dimana  - mana pertarungan antar gajah hanya menyebabkan pelanduk yang menderita dan mati di tengah - tengah..
 -----------------------------------------------------------------------------------------

Sognamo un mondo senza piu violenza, un mondo di giustizia e di speranza
Ognuno dia la mano al suo vicino, Simbolo di pace, di fraternita

We dream a world without violence, a world of justice and faith.
Everyone gives the hand to his neighbours, Symbol of peace, of fraternity


(The Prayer, Celine Dion ft. Andrea Bocelli)

2 comments:

Alid Abdul said...

Wah dapat host ya di Cambodia? saya neh sudah nulis ribuan rekues gak ada yg balas satupun hahha.. nasib-nasib.

Half Traveler said...

Ha3x.. Pas di Kamboja, sebenarnya teman yang nyari host. Pas di Eropa, baru mencoba cari host sendiri.. Dari 6 kota, lumayan dapat 4.. Btw, ijin nge link blog ente ya bro. He3x..